PURBALINGGA INFO – Komisi Pemilihan Umum (KPU) Purbalingga mengadakan rapat evaluasi sosialisasi pendidikan pemilih, partisipasi masyarakat, dan pembentukan badan adhoc di Room Meeting D’Las Lembah Asri Serang, Senin (23/12/24). Kegiatan ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas demokrasi dan partisipasi pemilih pada pemilu mendatang.
Ketua KPU Purbalingga, Zamaahsari, menyampaikan bahwa partisipasi pemilih dalam Pilkada 2024 menunjukkan peningkatan dari 73,26 persen pada Pilkada 2020 menjadi 74,58 persen. Namun, ia mengungkapkan keprihatinannya terhadap tingginya angka surat suara tidak sah yang mencapai lebih dari 23 ribu di seluruh Kabupaten Purbalingga.
“Ini harus kita cari apa penyebabnya, apakah karena dari sisi penyelenggara gagal memberikan sosialisasi kepada masyarakat, atau memang ada apatisme masyarakat yang datang ke TPS tetapi tidak menggunakan hak pilihnya dengan benar,” ujar Zamaahsari.
Ia juga menyoroti pentingnya efektivitas sosialisasi yang selama ini telah dilakukan. “Sosialisasi kita sudah masif sekali, tetapi apakah sudah tepat sasaran? Apakah sudah menjangkau seluruh lapisan masyarakat seperti pemilih renta dan ibu rumah tangga yang aktivitasnya hanya di rumah. Dari sisi pendidikan pemilih, apakah kita sudah memberikan pemahaman yang benar tentang tata cara memilih?,” katanya.
Dalam kegiatan ini, KPU Purbalingga menghadirkan dua narasumber, yakni Andri Supriyanto, mantan Ketua Divisi Sosdiklih Parmas SDM KPU Purbalingga periode 2018-2023, dan M. Wisnu Wirawan dari Dinas Komunikasi dan Informatika Purbalingga.
Andri Supriyanto memaparkan sejumlah tantangan dalam penyelenggaraan pendidikan pemilih, termasuk keterbatasan akses informasi di daerah terpencil, akses informasi bagi kaum marjinal, rendahnya literasi digital, dan maraknya berita hoaks.
“Manfaatkan website dan media sosial untuk menyebarkan informasi pemilu secara luas,” jelas Andri.
Ia juga menekankan perlunya pendekatan langsung kepada masyarakat akar rumput untuk meningkatkan kesadaran politik. “Jangan hanya menggandeng tokoh masyarakat, tetapi langsung sosialisasikan ke petani, orang tua di desa, dan kaum marjinal,” tambahnya.
Sementara itu, M. Wisnu Wirawan membahas pentingnya pembuatan konten media sosial yang menarik untuk menyampaikan materi sosialisasi pemilu. “Di media sosial seperti Facebook, Instagram, atau TikTok, kita bisa memanfaatkan konten video karena lebih mudah diterima oleh masyarakat,” katanya.
Menurutnya, video lebih efektif dibandingkan teks karena menggabungkan audio, visual, dan tulisan, sehingga informasi lebih menarik dan mudah dipahami. “Setiap jenis konten punya target audiens yang berbeda. Kalau gaya komunikasi tidak sesuai, audiens kita akan kehilangan minat,” jelasnya.(dhs/Kominfo)