PURBALINGGA, HUMAS – Tak seperti umumnya seremonial Pelepasan Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN), Wakil Bupati Drs H Sukento Ridho Marhaendrianto menantang dialog Mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan (UAD). Tujuan Sukento selain agar suasana lebih hidup dengan interaktif, pihaknya juga ingin mendengar pendapat jujur tentang kondisi Purbalingga dari mahasiswa salah satu perguruan tinggi swasta di Jogja itu.
“Siapa diantara mahasiswa disini yang calon pemimpin masa depan? Silahkan berdiri!” tantang Wabup sebelum memberikan sambutannya pada Pelepasan Mahasiswa KKN UAD di pendopo Dipokusumo Purbalingga, Senin (5/3). Meskipun awalnya tampak ragu-ragu, akhirnya muncul satu per satu mahasiswa yang berdiri agar berkesempatan berdialog dengan Wabup.
Dalam dialog sekitar 10 menit untuk dua orang perwakilan mahasiswa, Wabup meminta pendapat jujur mereka tentang sekolah tempat mereka melaksanakan KKN, induk semang tempat mereka tinggal sehari-hari, kondisi masyarakatnya hingga jenis jajajan dan tempat wisata yang dikujungi.
Salah seorang mahasiswa yang menerima tantangan itu, Imansori mengatakan, dia sangat terkesan dengan siswa – siswi di berbagai pelosok desa di Kecamatan Karanganyar yang sangat semangat bersekolah meskipun perjalanan ke sekolah snagta jauh dan minim fasilitas memadai. Tapi disisi lain, Iman menyoroti kurangnya fasilita skomputer pada laboratorium sekolah itu.
“Mungkin karena masih baru. Tapi idealnya jurusan multimedia seharusnya di laboratoriumnya satu anak pegang satu komputer jadi lebih cepat bisa dan yang bisa merata,”jelasnya.
Lain halnya dengan Tri Prasojo yang telah menjajal hampir semua obyek wisata di Purbalingga. Tri mengaku sangat terkesan dengan warga di sekitar tempat tinggalnya di Kecamatan Bobotsari. Salah satunya yang konon dikenal sebagai preman.
“Saya pernah ketemu sama pemuda-pemuda di Bobotsari yang katanya preman, rambutnya jabrik pakai anting di hidung punya banyak tato, tapi orangnya ternyata baik-baik. Saya sangat terkesan,” ujar mahasiswa asal Wonosobo yang tinggal di rumah pemilik warung Ayam Goreng Mbok Sarun.
Karena terkesan dengan penuturan jujurnya tentang Purbalingga, Wabup Sukento mendoakan kedua mahasiswa itu kelak menjadi seorang pemimpin. “Minimal Gubernur,” doanya disambut riuh tepuk tangan dan sahutan, “Amiiiinnnn…”
Dalam sambutannya Sukento meminta mahasiswa untuk mempertahankan kejujurannya hingga akhir hayat. Jika kelak mereka menjadi pengusaha maupun pejabat, selayaknya tetap dengan kejujurannya.
“Jujur itu sekarang menjadi sesuatu yang langka. Tapi itu penting, makanya tetaplah menjadi orang yang jujur sesulit apapun kondisinya,” tegasnya.
Selain jujur, Wabup meminta semua mahasiswa apapun profesinya kelak harus mampu bermanfaat bagi masyarakat sekitarnya. Seperti mampu menyisihkan sebagian rezekinya untuk membantu orang-orang yang belum beruntung di lingkungan terdekatnya. (humas/ cie)