PURBALINGGA, INFO- Nanasqu semakin serius untuk mengembangkan usahanya dengan terus menjaga kualitas produknya. Hal tersebut disampaikan Kabid UMKM Dinkop UKM Kabupaten Purbalingga, Adi Purwanto saat ditemui, Kamis (18/6/2020) guna mengonfirmasi dampak Covid-19 pada UKM di Kabupaten Purbalingga.
Adi mengatakan, keseriusan Nanasqu dalam melebarkan sayap usaha adalah dengan melibatkan LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) Yogyakarta. Menurutnya, itu adalah wujud bagaimana keseriusan Nanasqu dalam menjawab tantangan pasar industry kecil. Pelibatan LIPI pada pengembangan Nanasqu adalah pada sisi pengujian pengalengan yaitu apakah cocktail berbasis nanas bereaksi dengan kalengny atau tidak.
“Ini mereka melibatkan LIPI Yogyakarta dalam sisi pengujian pengalengan. Cocktailnya bereaksi dengan kalengnya atau tidak. Setelah tiga bulan pengujian ternyata tidak bereaksi dengan kalengnya,” kata Adi.
Dia menambahkan, saat ini Nanasqu juga sedang menguji masa kadaluarsa produk seberapa lama produk yang mereka hasilkan itu bertahan lama. LIPI Yogyakarta juga sedang menguji kandungan gizi karena permintaan ekspor sudah mulai banyak sehingga menjaga kualitas gizi pada produk Nanasqu harus diperhatikan.
“Dari Rusia membutuhkan 1,3 juta kaleng melalui eksportir orang Indonesia yang ada di Thailand. Maka dari itu syarat-syarat harus dipenuhi,” imbuhnya.
Disinggung tentang kesiapan pelaku UMKM Purbalingga dalam menjawab tantangan pasar ekspor, dirinya memastikan para pelaku UMKM di Kabupaten Purbaingga sangat siap untuk itu. Namun, ada kendala yang dihadapi yaitu tentang pengalengan sehingga mereka harus melibatkan pelaku usaha lain seperti perusahaan dari luar Purbalingga.
“Kendala kita memang dari sisi pengalengan. Sehingga pilihannya kita harus bekerja sama dengan LIPI atau PT Bams yang ada di banjarnegara,” ujarnya.
Disinggung tentang dampak Covid-19 pada pelaku UMKM, Adi mengakui dampak yang cukup signifikan terhadap penurunan daya beli masyarakat sehingga mempengaruhi keberlangsungan terutama pada sector kuliner. Namun demikian, ada juga sector yang justru mengalami kenaikan yaitu pada sector konveksi.
“Kalau untuk sector kuliner sebagian besar memang mengalami penurunan. Tapi yang konveksi justru malah mengalami kenaikan,” pungkasnya. (KP-4).