PURBALINGGA- Bendungan Sitangkil yang selama ini menjadi andalan para petani warga desa Wanogara Kulon Kecamatan Rembang untuk mengairi sawah mereka, saat ini kondisinya butuh perbaikan. Hal itu menjadi salah satu penyebab petani di Wanogara Kulon pada tahun ini baru menuai panen 1 kali karena kekurangan air yang tidak memungkinkan petani mengolah lahannya kembali pasca panen.
Mengetahui kondisi tersebut, Plt. Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi, SE. B.Econ. segera memerintahkan dinas terkait segera mengecek ke lapangan dan mengupayakan pembangunan perbaikan saluran air dari bendungan Sitangkil sehingga permasalahan kekurangan air bagi petani Wanogara Kulon dapat teratasi.
“Nanti akan kami terjunkan tim mengecek kebutuhan anggarannya dan kami upayakan dianggarkan pada tahun 2019,” kata Plt. Bupati Tiwi saat memberikan sambutannya pada kegiatan hari temu lapang dalam rangka percepatan tanam padi mendukung UPSUS Pajale 2018 menuju swasembada pangan Kabupaten Purbalingga, di Desa Wanogara Kulon Kecamatan Rembang, Senin (10/09).
Perbaikan saluran irigasi menurutnya sangat penting dalam upaya intensifikasi pertanian karena dengan kecukupan air, petani di Wanogara Kulon dapat melaksanakan tanam dan panen 3 kali dalam setahun. Keberhasilan intensifikasi pertanian menjadi keharusan karena saat ini lahan pertanian sangat terbatas dengan banyaknya alih fungsi lahan, menjadi perumahan, perindustrian dan sebagainya.
“Di pulau Jawa ini, lahan pertanian makin terbatas, dan kita tidak bisa ekstensifikasi (penambahan lahan baru). Maka saya mohon para kadang tani ke depan harus memaksimalkan upaya intensifikasi pertanian yang ada dalam sapta usaha tani, yaitu dari pemilihan benih, pengolahan tanah, penanaman, pemupukan, irigasi (pengairan yang cukup) dan juga usaha pengendalian/membasmi hama serta pengolahan pasca panen, dan itu wajib diterapkan seluruh kadang tani sehingga meningkatkan produktifitas pertanian,” kata Plt. Bupati Tiwi.
Alih fungsi lahan menurutnya tidak bisa dijadikan alasan menurunnya produktifitas perhatian, karena semuanya penting sejalan dengan kebutuhan akan rumah dan tempat bekerja bagi masyarakat. Lahan yang terbatas haruslah dimaksimalkan produktifitasnya jangan sampai terjadi terjadi kekurangan pangan karena ketahanan pangan adalah masalah nasional yang memegang peran penting bagi hidup matinya bangsa.
“Harus ada win-win solution dalam permasalahan alih fungsi lahan pertanian karena saat ini bidang pertanian masih jadi sumber penghasilan terbesar hampir 30% menjadi mata pencaharian masyarakat Purbalingga, dan kami akan berupaya maksimal beri kesejahteraan lebih pada petani, dari berbagai program Dinas Pertanian,” katanya.
Dalam kesempatan tersebut, Plt. Bupati Tiwi sampaikan terima kasih atas kerja cerdas, kerja keras dan kerja ikhlas para kadang tani sehingga ketersediaan pangan tercukupi bahkan pada 2017 disaat menghadapi serangan hama wereng, Purbalingga masih surplus hingga mencapai hampir 54 ton beras dan ujian tahun ini yaitu kekeringan di musim kemarau dapat dilewati dengan harapan target produksi di tahun 2018 bisa tercapai.
Selain bantuan bidang pertanian, Pemkab Purbalingga juga membantu warga Wanogara Kulon pada bidang peternakan dengan memberikan 10 ekor sapi senilai Rp. 200 juta dari Unit Pengolahan Pupuk Organik (UPPO) dan juga bantuan dari program Bekerja Dinas Pertanian yang mengalokasikan ayam jawa super bagi 38 rumah tangga miskin (RTM) masing-masing 50 ekor ayam sekaligus 6 kantung pakannya. Bantuan yang diberikan dari program Bekerja ini adalah bagian dari alokasi untuk 63 Desa di 4 Kecamatan yaitu Kutasari sejumlah 2.200 RTM, Kaligondang 2001 RTM, Mrebet 1.846 RTM dan terbanyak Kec. Rembang yaitu 2.759 RTM.
“Target produktifitas pertanian perlu sengkuyung seluruh kadang tani, dan saya berharap bantuan peternakan dapat dipelihara sebaik-baiknya, mudah-mudahan bermanfaat untuk meningkatkan kesejahteraandanperekonomian. Ampun disembelih nggih?,” kata Plt. Bupati Tiwi.
Sementara itu Camat Rembang Drs. Bambang Sukendro, M.Si. menyampaikan, rusaknya saluran air disebabkan beberapa faktor diantaranya akibat longsor, sedimentasi dan juga gangguan hewan air yang menyebabkan kondisi jaringan irigasi baik primer, sekunder maupun terseier saat ini rusak mengakibatkan debit air berkurang dan air tidak sampai ke sawah-sawah yang membutuhkan.
Sukendro mengatakan, luas lahan sawah di Kecamatan Rembang sejumlah 2007 hektar, namun saat ini hanya tersisa 1.359 hektar karena 485 hektar lahan telah digunakan untuk alih komoditas berupa kopi, kapulaga, albasia dan komoditas lainnya karena Rembang mempunyai potensi komoditas selain padi yaitu holtikultura berupa bawang merah di Wanogara Wetan,nanas madu di Panusupan, dan juga pisang serta cengkih yang menyebar di semua 12 desa.
“Kami berharap pembangunan perbaikan saluran air segera terealisasi sehingga harapannya, petani khususnya di Wanogara Kulon dalam memaksimalkan pengolahan lahan pertaniannya hingga bisa tanam 3 kali dan tentunya panen 3 kali dalam 1 tahun,” kata Sukendro. (t/humas)