PURBALINGGA – Memperingati hari kelahiran RA Kartini bukan hanya diisi dengan kegiatan seremonial. Namun harus mampu meningkatkan semangat dan motivasi kaum perempuan dalam mewarisi ide dan gagasan pemberdayaan perempuan yang luar biasa. Hal itu dilakukan oleh perempuan di Purbalingga melalui Lomba Membaca Surat-Surat Kartini.
“Saya berharap nilai-nilai yang terkandung dalam surat-surat Kartini bisa menjadi motivasi dan inspirasi bagi kaum perempuan di Purbalingga. Agar terpacu untuk terus meningkatkan kualitas diri dan melanjutkan perjuangan Kartini lewat peran kita dalam keluarga dan masyarakat,” ujar Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Purbalingga, Erni Tasdi, di Graha Srikandi, Senin (18/4).
Diungkapkan Erni, surat-surat yang ditulis Kartini pada tahun 1900-an merupakan cerminan kondisi yang dihadapi perempuan pada zamannya. Kondisi perempuan Indonesia saat itu, sangat jauh dari kondisi saat ini. Dimana tantangan yang harus dihadapi perempuan saat itu sangat berat. Bahkan untuk mengenyam bangku pendidikan saja masih sangat sulit. Belum lagi adanya kekangan adat, budaya dan lingkungan sosial yang membatasi perempuan untuk bergerak dan berkarya.
Erni melanjutkan, sekarang perempuan bisa berkarya dan berperan setara dengan laki-laki. Namun bukan berarti kita terbebas dari tantangan dan kendala. Pesatnya perkembangan sosial budaya masyarakat, menjadikan tantangan dan kendala yang semakin kompleks. “Ini butuh kualitas yang memadai dari para perempuan saat ini. Termasuk para kader PKK di Purbalingga,” katanya.
Dikatakan istri Bupati Tasdi yang juga menjadi anggota DPRD Kabupaten Purbalingga ini, selain lomba membaca surat-surat Kartini, pihaknya juga akan menggelar pemeriksaan atau Test IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat). Kegiatan tersebut akan dilaksanakan di Graha Srikandi pada Selasa (19/4) dan diikuti sekira 180 peserta.
Selain itu, pada Rabu (20/4) juga akan diadakan Lomba Memasak Nasi Goreng antar Kepala SKPD dan Forkompinda di Pendapa Dipokusumo. Pesertanya 70 orang termasuk Bupati Purbalingga Tasdi.
Puncak acara akan dilangsungkan pada Kamis (21/4) berupa upacara peringatan di Alun Alun Purbalingga. Para peserta akan memakai pakaian nasional kain dan kebaya. “Tujuannya bukan untuk fashion semata. Tetapi lebih pada upaya menghargai dan mengingat kembali betapa beratnya perjuangan perempuan di masa Raden Ajeng Kartini,” tambahnya.
Memakai pakaian nasional kain dan kebaya pada momen tertentu, juga merupakan salah satu upaya untuk melestarikan kakayaan budaya tradisional yang mencerminkan kepribadian bangsa yang sopan, anggun dan kaya akan nilai-nilai etika. (Hardiyanto).