PURBALINGGA  – Rantai kemiskinan merupakan sumber  utama penyebab terputunsya anak-anak untuk menuntut ilmu di bangku sekolah. Karena dengan kemiskinan, orang tua akan menurunkan generasi  miskin berikutnya untuk anak-anaknya.

“Kita harus memutus rantai kemiskinan, karena itu  yang menjadi penyebab utama anak putus sekolah. Sehingga kalau ini tidak diputus  mata rantai kemiskinan akan bertambah, sedangkan salah satu mengatasi hal tersebut adalah dengan pendidikan,”tutur Penjabat Bupati Purbalingga Budi Wibowo di Pendapa Dipokusumo Sabtu (25/9) saat membuka Seminar Pegadaian.

Menurut Budi, kemiskinan berdampak luas terhadap masyarakat, salah satunya derajat kesehatan juga akan menurun. Disamping itu akan membuat beban untuk generasi berikutnya.

“Kemiskinan mengakibatkan anak tidak bisa sekolah serta berdampak pula pada kesehatan yang tidak layak. Salah satunya anak akan terlihat kurang sehat sehingga perkembangan fisik dan  kepandainya juga kurang optimal. Dari kemiskinan itu, anak tersebut juga tidak mempunyai pekerjaan tetap dan tidak bisa mengembangkan diri. Karena tidak mampu bersekolah, ketika dia berkeluarga menurunkan kebawah lagi serta menjadikan beban –beban berikutnya kepada turunannnya,”jelasnya.

Ketika anak kurang mampu tidak sekolah dan tidak disekolahkan kesehatannya juga tidak dijamin, tambah Budi, kedepan dan seterusnya juga akan menambah panjang generasi miskin.

“Untuk itu, pendidikan menjadi kunci utama memutus rantai kemiskinan, sehingga pemkab Purbalingga yang dipelopori bupati terdahulu mendirikan SMKN 3 atau SMK Dhuafa. Sekolah yang diprioritaskan  untuk masyarakat kurang mampu di Kabupaten Purbalinga  menggunakan boarding school atau model  sekolah, tetapi juga menginap ini diharapakan  kedepan dapat mengurangi angka kemiskinan,”ujarnya.

Selain untuk mengurangi rantai kemiskinan, Budi mengajak, jika  ada masyarakat kurang mampu tidak sekolah atau tidak mampu melanjutkan khususnya jenjang SLTA didaftrakan ke SMKN 3 Purbalingga.

“Karena  dengan pendidikan akan menurunkan rantai kemiskinan, bedirinya SMKN 3 dengan model boarding school berupaya agar anak-anak  tidak mampu kita masukan kesana. Tentunya melalui seleksi dahulu dengan berbagai syarat serta anaknya mempunyai semangat dan mau diajak untuk maju,”tuturnya.

Budi menadandaskan, sampai saat ini, angka kemiskinan di Purbalingga masih cukup tinggi. Sehingga perlu diupayakan untuk mengurangi.

 “Angka kemiskinan di Purbalingga saat ini kurang lebih sekitar 51.800 dari rumah tangga (RT), dengan jumlah kesuluruhan RT sebanyak 211 ribu atau 24,4 persen masyarakatnya masih miskin. Sehingga kita upayakan untuk mengurangi kemiskinan, salah satunya dengan pendidikan,”pungkasnya. (Sukiman)