PURBALINGGA INFO – Pada Abad ke-18 yang tertulis dalam beberapa literatur menyebutkan Purbalingga mempunyai tokoh yang bernama Ki Arsantaka yang seyogyanya masyarakat Purbalingga mengingat kembali kiprahnya.
“Mau tidak mau ini adalah fakta sejarah bahwa dibawah sadar masyarakat Purbalingga hidup ki Arsantaka, yang kalau tidak di ingatkan kembali makin terlupakan,” kata Agus Sukoco dalam Bedah buku “Wasiat Ki Arsantaka” yang ditulis olehnya, Sabtu (22/07/23).
Agus Sukoco mencoba “menghidupkan kembali” nyawa Ki Arsantaka dalam buku ke-2nya yang menceritakan Arsantaka.
“Bagi saya nomor satu adalah nyawanya, jadi bahwa soal nilai benar dan salah saya memakai pilihan sastra sehingga buku ini tidak bisa dijadikan rujukan kebenaran akademis,” jelasnya.
Gunanto Eko Saputro yang merupakan penggiat sejarah Purbalingga ditugaskan sebagai pembedah buku tersebut. Dia mengatakan buku ini mencoba menghubungkan abad kekosongan pada masa awal sejarah antara wirasaba dan purbalingga yang tidak tercatat dalam berbagai literasi.
“Karena hal tersebutlah mungkin Mas Agus Sukoco memilih kemasan Historical Fiction, akan tetapi saya bisa membayangkan ya begitulah 2 abad sejak peristiwa mrapat hingga lahirnya Purbalingga 23 Juni 1759,” ucap pria yang kerap disapa Igo tersebut.
Igo mengatakan jika buku ini adalah buku yang membangitkan semangat kebanggan kita sebagai warga Purbalingga yang sejarahnya sudah sangat tua dan lebih dulu ada daripada sejarah wilayah “ngapak” yang lainnya.
“Seorang sejarawan Belanda bernama Van der Meulen menyebutkan bahwa di lereng timur Gunung Slamet lah peradaban pertama Jawa berdiri pada Abad pertama Masehi,” tuturnya.
Dalam acara bedah buku ini juga menghadirkan keturunan dari Ki Arsantaka itu sendiri yang saat ini secara kebetulan menduduki jabatan sebagai Ketua DPRD Purbalingga yaitu H.R. Bambang Irawan.
“Saya berterimakasih dengan yang hadir pada saat ini khususnya untuk tidak melupakan sejarah. Karena bagaimanapun sejarah adalah merupakan bagian dari perjalanan yang tidak boleh dilupakan,” ucapnya.
Dengan momentum ini pria yang kerap disapa Mas Bei tersebut mengusulkan jika tokoh-tokoh Purbalingga harus mulai di inventarisir dan diberikan penghargaan dengan menyematkan nama beserta gelarnya dalam nama jalan dan nama gedung-gedung atau ruang yang ada di Pemerintahan Purbalingga.
“Menurut kami ini bagian dari pemeliharaan kita untuk menghargai para pendahulu. Bagian dan hal kecil tersebut bisa ditinggalkan untuk anak cucu kita,” tambahnya.
Ia berharap dengan adanya buku ini akan melahirkan rasa kecintaan yang luar biasa untuk Purbalingga, dan semoga berdampak pada kemajuan Purbalingga itu sendiri. (an/komin)