PURBALINGGA – Musuh bersama saat ini tidak hanya radikalisme, narkoba, pelecehan sex dan sebagainya, akan tetapi salah satunya juga beredarnya berita bohong/hoaks yang tersebar secara masif. Hal itu diungkapkan oleh KH Ahmad Muhdzir dalam Pengajian Rutin, Jumat (1/3) di Pendopo Dipokusumo.
“Bahkan menurut penelitian hampir 132 juta bangsa Indonesia aktif bermedia sosial dan 62 % diantaranya percaya dngan berita-berita hoaks,” imbuhnya.
Mengenai berita hoaks ini dalam pandangan Islam, bahwa Allah Subhanahuwataala sebenarnya sudah memperingatkan melalui Surat Al Hujarat Ayat 6. ‘Wahai orang-orang yang beriman. Jika seseorang yang fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan yang akhirnya menyesali perbuatanmu itu’.
“Itulah cara yang Allah berikan kepada kita sejak 1400tahun yang lalu,” katanya.
Terkait berita hoaks, ia mengajak untuk menganalisisnya. Secara umum cara yang paling mudah adalah mencermati berita tersebut sudah sesuai dengan ajaran Al Quran atau tidak. Ada 6 point ciri berita hoaks.
Pertama, berita tersebut memicu perpecahan. Sebab di dalam Al Quran sesungguhnya orang Islam itu bersaudara. Ketika beredar berita yang memicu memecah persaudaraan berarti itu adalah berita hoax.
“Kedua, berita yang memperolok-olok. Sebab sebagai sesama muslim dilarang saling (QS Al Hujarat : Ayat 11). Saat ini kadang kita terpolarisasi pendukung 1 dan 2 gara-gara terprovokasi berita yang memperolok-olok maka tinggalkan berita tersebut,” katanya.
Ketiga, berita itu memuat panggilan-panggilan yang jelek. Saat ini pasangan calon muncul sebutan Cebong dan Kampret, dengan kata lain telah mengganti nama manusia dengan nama hewan. Memanggil nama saudaranya dengan nama hewan, hal itu sangat-sangat dilarang dalam Islam (QS Al Hujarat : Ayat 11).
“Keempat, informasinya berbentuk prasangka. Islam mengajarkan untuk meninggalkan prasangka-prasangka yang buruk (QS Al Hujarat : Ayat 12). Misalnya ada informasi kalau paslon A jadi nanti suara adzan dihilangkan, nanti ada perkawinan sesama jenis. Sedangkan ketika paslon B jadi nanti akan mencaoplok tanah. Kalau isinya seperti itu, prasangka jelek harus kita tidak percayai,” katanya.
Kelima, berita yang mencari-cari kesalahan orang lain. Keenam, berita yang mengajak membenci orang lain. Jika terdapat ciri dari 6 poin tersebut, Ia mengajak untuk tidak turut menyebarkannya. Sehingga akan tercipta kita arus informasi yang baik dan damai suapaya Indonesia tetap aman.
“Jangan sampai jari jari kita menjadi agen berita hoaks, karena kita tidaklah bisa meminta maaf kepada orang yang kita jelek-jelekan. Apa lagi kalau sampai itu fitnah. Padahal Fitnah lebih kejam dari pembunuhan,” katanya.
Melalui kegiatan Istighotsah yang juga di dalamnya terdapat istighfar ini, maka berarti telah bertobat. Jika kemarin masih mempercayai dan menyebar berita hoaks, maka ke depannya ia mengajak untuk menebarkan virus kedamaian.(Gn/Humas)