PURBALINGGA – Sigit, seorang mahasiswa dari Yogyakarta terlihat bersemangat menyusuri jalan setapak menuju puncak Igir Wringin. Ia bersama dua rekannya, Andik dan Ayu tak menghiraukan peluh keringatnya yang membasahi wajahnya. Sigit bersama rekan-rekannya sengaja datang dari Yogyakarta untuk berwisata yang sedikit menantang ke Desa Wisata Panusupan, Kecamatan Rembang, Purbalingga.
Puncak Igir Wringin berada di ketinggian 640 meter di atas permukaan air laut. Untuk sampai kesana pengunjung harus melalui jalanan setapak dengan kemiringan hampir 90º.
“Ada rasa puas bisa sampai puncak, tempatnya sejuk, nyaman, Saya ingin mengajak teman-teman saya berkemah disini sembari menikmati sunrise” ungkapnya sambil berlarian dipuncak dan naik gardu pandang yang berada diatas pohon.
Igir Wringin, mungkin masih terdengar asing di telinga masyarakat. Destinasi wisata yang ada di Desa Wisata Panusupan ini baru dibuka kurang lebih satu bulan tetapi sudah bisa menyedot ribuan pengunjung dari berbagai penjuru. Tak hanya warga lokal saja, pengunjung juga datang dari luar daerah seperti Jakarta, Yogyakarta, Bekasi, Semarang dan beberapa kota lainnya di Jateng – DIY. Igir Wringin merupakan salah satu daya tarik yang ada di desa itu selain, bukit Sendaren, yang bisa digunakan untuk menikmati Sunrise dan sunset.
“Pengunjung setiap harinya lebih dari 200 orang. Bahkan hari minggu lalu (27/12) mencapai 1.035 orang dalam satu hari,” ungkap Desi (20), salah satu petugas di wisata Igir Wringin ini.
“Untuk naik ke puncak hanya dikenakan tarif sebesar Rp. 5.000 per pengunjung, dan tiket Rp. 2.000/ motor,” imbuhnya.
Pengunjung yang ingin berwisata ke Igir Wringin bisa menggunakan kendaran pribadi maupun umum. Setelah sampai di Desa Panusupan para pengunjung dapat mengikuti petunjuk lokasi yang ada di pinggir jalan.
Sesampainya di lokasi, pengunjung terlebih dahulu mendaftarkan diri dan membayar tiket masuk di posko yang telah disediakan. Setelah itu pengunjung bisa langsung naik menuju puncak.
Perjalanan akan dimulai dengan menyusuri jalan setapak di pinggir sawah warga. Sejauh mata memandang akan terlihat tegalan sawah terasiring yang mulai ditanami bibit padi. Perjalanan dilanjutkan dengan menaiki jalanan setapak yang sudah dibentuk seperti tangga. Meskipun pengelola sudah menyiapkan alat bantu berupa tali dan pegangan dari bambu, para pengunjung harus tetap berhati-hati karena jalan lumayan licin, apalagi dimusim hujan seperti sekarang ini.
Selama perjalanan kita akan ditemani tiupan angin dan hijaunya tanaman di sepanjang jalan. Sedikit menghilangkan lelah. Sebelum sampai di puncak, terdapat dua pos sebagai tempat istirahat pengunjung.
Pengunjung bisa duduk-duduk sejenak di bangku yang telah disediakan oleh pengelola di pos pertama. Mengumpulkan kembali sisa tenaga dan nafas yang terkuras sebelum kembali melakukan perjalanan. Di pos kedua terdapat dua jalur, satu menuju puncak dan satu menuju curug Luwang Areng. Jika kepuncak pilih jalan yang naik sedangkan untuk kecurug mengambil jalur ke sebelah kiri.
Perjalanan ke puncak Igir Wrngin ditempuh kurang lebih selama 1,5 jam dengan medan yang lumayan menguras tenaga dan nafas. Dipuncak pengunjung akan disambut semilir angin yang langsung menghilangkan lelah, hamparan perbukitan tampak hijau seperti lukisan. Rumah-rumah penduduk tampak seperti titik-titik kecil diatas lukisan. Sejuk, menenangkan, Rasanya tak ingin turun lagi.
Puncak Igir Wringin menyajikan suasana wisata yang baru, dengan gardu pandang di pohon dan lokasi camp areanya kita bisa melihat Kabupaten Purbalingga dari ketinggian. “Lokasinya menantang, sangat cocok untuk para wisatawan yang hobi dengan wisata minat khusus. Selain itu para pengelola juga terlihat cekatan dalam menerima pengunjung, kebersihan lokasi juga terjaga” kata Ayu, rekan Sigit (21) sesaat setelah turun dari puncak.
Masyarakat Panusupan berharap dengan dibukanya wisata di Desa ini akan mampu meningkatkan perekonomian warga dan mengarahkan pemuda ke hal yang positif.
“Desa Panusupan tingkat perekonomian warganya termasuk paling rendah diantara desa-desa lain di Kecamatan Rembang. Dengan dibukanya beberapa daya tarik wisata alam dan seni budaya di sini, diharapkan tingkat perekonomian warga akan berangsur-angsur meningkat. Begitu juga pemuda disini, mereka akan punya kesibukan baru yang bersifat positif, dan bahkan beberapa diantaranya mengurungkan niat untuk merantau bekerja ke kota” ujar Yanto Supardi, ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Ardi Mandala Giri yang mengelola Desa Wisata Panusupan. (y)