PURBALINGGA – Untuk menjadi seorang disainer harus memiliki identitas dan karakter yang menjadi pembeda dari karya-karya orang lain. Salah satu cara untuk menentukan menemukan identitas fashion disain adalah dengan mengenali budaya lokal, atau membawa unsur muatan lokal.
Hal itu disampaikan oleh Disainer yang juga sekaligus Staff Ahli Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah RI (MenkopUKM RI) Samuel Wattimena dalam Talk Show Tata Busana Bersama Disainer Samuel Wattimena di SMKN 1 Bojongsari, Selasa (13/8). Dalam Talk Show tersebut juga ditampilkan disain busana karya para guru dan siswa SMKN 1 Bojongsari.
Samuel Wattimena berkomentar bahwa pola busana yang telah dirancang tersebut sudah bagus, namun perlu dikembangkan lagi khususnya penekanan mengenai identitas. “Sebagian besar disain ini orientasi adalah seperti yang ditampilkan di Red carpet Hollywood. Itu tidak salah, karena sebagai disainer kita harus melayani klien. Tapi kalau untuk karakter disainer masing-masing harus memiliki identitasnya,” katanya.
Samuel berpesan kepada para siswa jurusan tata Busana SMKN 1 Bojongsari kunci untuk menentukan identitas disain adalah dengan mempelajari kebudayaan Indonesia, ataupun skup Purbalingga. Sebab dengan identitas atau karakter itu dengan kata lain telah menjadi diri sendiri, bukan orang lain.
“Kalau kita jadi orang lain, maka orang tidak akan mengetahui kita. Dalam hal disainpun juga demikian. Tugas seorang musisi berkomunikasi melalui musik/lirik. Tugas arsitek dia berkomunikasi melalui disain-disain arsitektural. Tugas kita di dunia disain adalah mengekspresikan sesuatu berkomunikasi melalui bahasa fashion disain,” katanya.
Sementara Bupati Purbalingga, Dyah Hayuning Pratiwi SE BEcon MM juga turut memotivasi para siswa, yakni mengajak untuk fighting spirit (optimis), juga don’t stop dreaming. Ia berharap dengan kehadiran Disainer Samuel Wattimena memberikan spirit, inspirasi dan motivasi agar ke depan siswa tata busana SMKN 1 bojongsari bisa jadi fashion disainer yang handal di kemudian hari.
“Oleh karenannya saat ini adek-adek harus betul-betul memiliki determination, mencurahkan apa yang adek-adek punya untuk fokus satu tujuan,” katanya.
Bupati juga menegaskan kembali apa yang telah disampaikan Disainer Samuel Wattimena untuk mengenali budaya lokal. Menurutnya Purbalingga memiliki berbagai objek yang mengarah pada identitas, misalnya Lawa (kelelawar), Gunung Slamet, Nanas, Stroberi, benang antihan, ataupun wayang suket.
Pada sektor kerajinan batik, Bupati juga berharap agar ada regenerasi pengrajin. Baik bertujuan untuk melestarikan nilai-nilai budaya juga agar ada penyesuaian disain/motif batik dengan perkembangan zaman.
“Saya harap ilmu-ilmu yang telah didapat hari ini bisa diimplementasikan untuk bekal ke depan, agar bisa mendayagunakan potensi untuk berkontribusi bagi kemajuan Purbalingga, khususnya di bidang ekonomi kreatif dan UMKM,” katanya. (Gn/Humas)