PURBALINGGA INFO, Sobat kuliner, ternyata di Purbalingga ada kuliner tradisional yang menyajikan makanan khas pantai yang perlu sobat cicipi yakni nasi mangut khas Klaten. Nasi mangut ini ternyata sudah ada di Purbalingga sejak tahun 70-an dan sudah menjadi klangenan para penghobi ikan mangut.
Warung ini terletak di Jalan Letkol Isdiman atau sebelah Markas PMI Purbalingga. Menurut sang pemilik Bu Sugeng, ikan mangut yang diperolehnya langsung dibeli di home industry di Klaten. Setiap minggu, 300 potongan ikan mangut asap dibelinya, dalam satu minggu terkadang stoknya sudah habis terjual.
“ Dulu saat saya masih muda saya langsung membelinya, namun sekarang sudah tidak boleh sama anak, sehingga yang membeli anak laki-laki saya. Untuk membelinya saya harus telepon dulu ke tempat produksinya agar ke sana bisa kebagian,” ujarnya sambil membersihkan sayuran buat persiapan masak besoknya, Rabu (30/3/2022).
Untuk membuat ikan mangut yang maknyos, menurut dia menggunakan racikan rempah seperti bawang, brambang, cabai dan bumbu-bumbu lainnya. Untuk cabai dulu takarannya memang luar biasa banyaknya, namun dengan perkembangan permintaan pelanggan yang tidak suka terlalu pedas ekstra maka komposisinya sekarang dikurangi.
“ Rasa pedasnya memang tidak terlalu pedas lagi, namun masih berasa bumbu rempahnya serta ikan asapnya,” ujar Wisnu salah satu penggemar ikan mangut.
Nasi mangut ini satu porsinya dijual hanya tiga belas ribu rupiah dan itu sudah plus sayur pilihan pelanggan, plus satu gelas air putih tentunya. Sangat murah, jika dibanding belinya yang jauh di Klaten sana.
Selain menu ikan mangut, ada beberapa menu yang sajikan seperti sayur rebung, sayur tempe, sayur jengkol, bandeng presto, tongkol dan menu sayur lainnya. Warung ini juga menyajikan aneka gorengan seperti bakwan, mendoan, tahu brontak, dan pisang goreng, dll.
Warung ini juga menjadi idola ibu-ibu yang tidak mau repot dengan namanya masak-memasak. Biasanya mereka membeli sayur, lauk dan gorengan buat keluarganya disela-sela istirahatnya.
Warung ini mulai buka jam 9 pagi dan tutup sekitar pukul 4 sore, namun demikian warung ini mulai beroperasi ba’da subuh, yakni mulai masak nasi dan air. Walaupun sudah lanjut usia, ba’da Subuh, Bu Sugeng harus ke pasar untuk membeli keperluan warungnya. (dy)