PURBALINGGA – Menapaki malam ke 17 Bulan Ramadhan, Pemerintahan Kabupaten Purbalingga tetap melaksanakan peringatan Nuzulul Qur’an bersama masyarakat. Tentunya dilangsungkan secara virtual yang disaksikan dan diikuti oleh elemen tokoh di tingkat kecamatan, desa/kelurahan hingga individu melalui live streaming.
Bupati Purbalingga, Dyah Hayuning Pratiwi SE BEcon MM menyampaikan, Nuzulul Qur’an merupakan peringatan ketika kitab suci Al Qur’an pertama diwahyukan sebagai mukjizat dan petunjuk seluruh muslim di dunia. Meskipun peringatan ini diselenggarakan sederhana, secara virtual, akan tetapi ia berharap agar kegiatan ini membawa hikmah meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah Subhanahuwataala.
“Kita juga berdoa, semoga wasilah dari Al Qur’an yang juga sebagai obat atau AsySyifa, obat dari segala penyakit ini mampu menyembuhkan bumi Indonesia dan Bumi Purbalingga dari pandemi Covid-19 atau Virus Corona,” ungkapnya, Sabtu (9/5) di Pendopo Dipokusumo
Bupati juga tidak bosan bosannya menghimbau kepada masyarakat untuk tetap waspada, meningkatkan kedisiplinan, dan kesadaran diri akan pandemik Covid-19. Di Kabupaten Purbalingga sudah ada 39 kasus positif terkena Covid-19, diharapkan menjadi perhatian bagi seluruh warga masyarakat.
“Sebagaimana kesepakatan yang telah kami buat bersama jajaran Forkopimda, Kantor Kemenag, dan Tokoh Ormas Keagamaan Islam, kami menghimbau agar seluruh masyarakat agar jalankan amaliyah Ramadhan di rumah, semata-mata untuk memutus mata rantai virus Covid-19 agar tidak bertambah,” tuturnya.
Rangakaian Peringatan Nuzulul Qur’an ini dimulai dari pemutaran Video Sholawat Li Khomsatun, Do’a penangkal wabah, pembacaan ayat suci Al Qur’an oleh H Rochani, Khotmil Qur’an dipimpin oleh KH Masyhudi Munir, tausiyah yang diisi oleh Masrukin Abdul Majid MPdI serta Do’a bersama yang dipimpin oleh KH Roghib Abdurrahman.
Sementara itu Masrukin Abdul Majid MPdI dalam tausiyahnya menyampaikan, menafsirkan Al Qur’an tidak semudah yang dibayangkan, tidak semudah membaca dan mengerti terjemahannya sekalipun dia orang Arab.
“Untuk menafsirkan Al Qur’an di dalamnya perlu diketahui asbabun nuzul, mutlak muqoyat, tafsirul qur’an, takwilul qur’an, ada tarjamatul qur’an. Jadi tidak bisa semua orang bisa menafsirkan, menyimpulkan Al Qur’an hanya dengan membaca terjemahannya saja,” katanya.
Terkait dengan tuntunan ibadah di Bulan Ramadhan selama wabah Covid-19 ini, pemerintah telah menghimbau, BUKAN melarang sholat berjamaah, tapi melarang kerumunannya. Menurutnya sampai saat ini masih ada orang yang dengan gagahnya bilang ‘orang ke masjid kok dilarang’.
“Orang ini tidak sadar, mengikuti anjuran pemerintah juga mengikuti perintah Allah. Ketika Allah memerintahkan iblis untuk sujud kepada Adam, iblis tidak mau sujud dan hanya mau sujud kepada Allah. Tapi iblis lupa bahwa sujud kepada Adam juga perintah Allah. Sama juga dengan orang yang ngeyel, mereka lupa bahwa mengikuti anjuran pemerintah juga perintah Allah,” katanya.
Oleh karenannya ia mengajak untuk berbaik sangka kepada pemerintah, apa yang dianjurkan pasti baik untuk rakyatnya. Kecuali jika menganjurkan untuk bermaksiat.
“Ada yang mengatakan, jika sampai mati saat nekad mengabaikan himbauan pemerintah itu mati syahid. Itu bukan mati syahid, tapi mati sangit, karena menjerumuskan diri kepada mafsadat/bahaya,” ungkapnya. (Gn/Humas)