PURBALINGGA INFO – Pemerintah Kabupaten Purbalingga terus memperkuat upaya pencegahan dan kesiapsiagaan bencana melalui berbagai langkah strategis. Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Purbalingga, Prayitno, menegaskan komitmen ini dalam kegiatan pembentukan Desa Tangguh Bencana (Destana) di Desa Danasari, Kecamatan Karangjambu, yang berlangsung mulai Selasa (3/9/2024) hingga Kamis (5/9/2024).
Prayitno menyampaikan bahwa BPBD Purbalingga secara konsisten melakukan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) mengenai kebencanaan. KIE dilakukan melalui berbagai media sosial, sosialisasi langsung ke sekolah, madrasah, perguruan tinggi, industri, dan lembaga kesehatan seperti Puskesmas. Selain itu, pembentukan Destana juga menjadi fokus utama, di mana hingga saat ini sudah terbentuk 12 Destana di Purbalingga.
BPBD Purbalingga juga memperkuat sistem peringatan dini serta menjalin sinergi dengan pihak akademisi, media, relawan, radio komunitas, dan lembaga kemanusiaan lainnya. Prayitno berharap dengan upaya ini, masyarakat Purbalingga akan semakin siap menghadapi bencana sehingga dampak yang ditimbulkan dapat diminimalisir.
“Mudah-mudahan dengan upaya ini, dapat membangun kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana dan pada akhirnya seandainya terjadi bencana, risiko rendah dan tidak sampai terjadi korban jiwa manusia, maupun kerusakan sarpras yang berdampak kerugian ekonomi,” katanya.
Dalam lingkup Provinsi Jawa Tengah, wilayah Purbalingga tergolong dalam kategori risiko ‘Sedang’ terjadinya bencana. Berdasarkan Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI) yang dikeluarkan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), skor indeks Purbalingga pada tahun 2022 adalah 139,78 dan menurun menjadi 130,82 pada tahun 2023.
“Pemkab Purbalingga melalui BPBD terus berupaya menurunkan angka IRBI sesuai target yang tercantum dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) 2025-2045. Pada tahun 2025, target IRBI dalam dokumen RPJPD diharapkan menurun menjadi 127,16,” ungkap Prayitno.
Prayitno, mengungkapkan, berdasar kajian Risiko Bencana di Purbalingga tahun 2024-2029, dari 18 kecamatan yang ada di Purbalingga, semuanya berpotensi terjadinya bencana alam. “Oleh karenanya, diperlukan pencegahan dan kesiapsiagaan menghadapi bencana,” katanya.
Prayitno merinci, wilayah kecamatan dengan risiko bencana banjir seluas 12.345 hektar yang berada di 10 kecamatan, masing-masing Kemangkon, Purbalingga, Kaligondang, Kutasari, Bobotsari, Karangmoncol,Rembang, Karangjambu, Karanganyar, dan Bukateja. Risiko bencana gerakan tanah berpotensi pada area seluas 16.510 hektar di 13 kecamatan, kecuali Purbalingga, Kalimanah, Kemangkon, Bukateja, dan Padamara.
Selain itu, kawasan yang berpotensi terdampak letusan Gunung Slamet mencakup area seluas 8.015 hektar yang tersebar di tiga kecamatan, yakni Karangreja, Bojongsari, dan Kutasari. Risiko bencana angin topan atau puting beliung berpotensi terjadi di seluruh kecamatan di Purbalingga. (dhs/Kominfo, Sumber:BPBD Purbalingga)