PURBALINGGA – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Purbalingga belum akan menerapkan fase new normal dalam waktu dekat ini. Pertimbangannya, kasus covid masih bertambah dan belum ada intruksi langsung dari Gubernur Jateng Ganjar Pranowo.
“Grafik kasus covid-19 di Purbalingga masih naik, saat ini saja sudah 57 kasus positif. Juga hasil rapid test massal banyak yang reaktif. Disisi lain, belum ada intruksi resmi dari Gubernur Jateng tentang pemberlakuan new normal. Pemprov Jateng juga masih sebatas menjajaki penerapan new normal,” kata Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi,SE.B.Econ, MM dalam rakor pengendalian covid dengan jajaran diruang rapat bupati, Sabtu (30/5).
Diungkapkan Bupati Tiwi, penerapan new normal juga harus memenuhi sejumlah persyaratan sebagaimana ketentuan organisasi kesehatan dunia (WHO). Persayaratan tersebut antara lain bukti transmisi local kasus covid dapat dikendalikan, kapasitas sistem kesehatan dan kesehatan masyarakat termasuk rumah sakit tersedia untuk mengidentifikasi, mengisolasi, menguji, melacak kontak, dan mengkarantina, serta resiko kasus import dapat ditekan.
“Dengan melihat persyaratan yang substansial saja belum dapat dipenuhi, sehingga kami memutuskan belum akan menerapkan new normal. Pemkab akan focus untuk mengendalikan sebaran kasus covid dan memberikan edukasi kepada warga sesuai rekomendasi WHO,” tegas Bupati Tiwi.
Dibagian lain Bupati Tiwi mengungkapkan, dengan melihat hasil rapid test massal selama dua hari terakhir saja terhadap 657 orang, ditemukan sebanyak 31 orang reaktif. Meski belum bisa dikategorikan kasus positif covid, namun sudah menggambarkan kasus covid masih muncul di masyarakat. “Rapid test kami lakukan di sejumlah pusat keramaian, pabrik dan mesjid, ternyata ada 31 yang reaktif. Dari jumlah itu, ada tujuh orang yang berasal dari luar Purbalingga. Bahkan ada satu orang dari luar kota yang alamatnya tidak jelas, tidak memberikan informasi alamat yang benar,” kata Bupati Tiwi.
Hasil rapid test reaktif yang berasal dari luar kota masing-masing satu orang sampel di Harum Swalayan berasal dari Banjarnegara. Kemudian satu orang di Pasar Bukateja asal Banjarnegara. Tiga orang asal Banjarnegara dari sampel reaktif di PT Boyang Industrial, satu orang warga Banyumas sampling saat sholat Jumat di Mesjid Darussalam, dan satu sampel di Mesjid Darussalam yang tidak jelas alamatnya, namun dari luar kota.
“Sampel yang reaktif telah kami koordinasikan dengan pemilik usaha dan juga ke Pemkab setempat sesuai alamat untuk ditindaklanjuti proses karantina dan ujia swab. Sedang sampel reaktif lainnya dari 22 lokasi berasal menyebar hampir di seluruh wilayah Purbalingga. Kepada yang reaktif dan warga Purbalingga, langsung kami isolasi di rumah sakit dan dilakukan test PCR/swab. Jika nantinya negatif maka akan dipulangkan, namun jika positif covid maka langsung dirawat di ruang isolasi,” kata Bupati Tiwi.
Bupati Tiwi menambahkan, sejumlah lokasi tempat usaha termasuk pasar, jika nanti sampel yang reaktif dan hasil uji swab-nya positif, maka tidak menutup kemungkinan akan ditutup sementara. “Misalnya, pasar Bobotsari yang telah reaktif 5 orang, jika nanti hasilnya positif semua, maka untuk sementara kami pertimbangkan untuk ditutup. Atau alternative kebijakan lain dengan pembatasan jumlah pengunjung tempat usaha dan mengurangi jam operasional,” tambah Bupati Tiwi. (y-Humas Protokol Setda Purbalingga)