PURBALINGGA, INFO– Pemkab Purbalingga gencarkan sosialisasi AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) pada pekan AIDS 27 November-2 Desember.Untuk menggencarkan sosialisasi tersebut, Wakil Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi, SE., B.Econ melakukan monitoring ke beberapa UPTD Puskesmas Rabu (29/11). Monitoring tersebut dimaksudkan untuk mengetahui seberapa banyak warga di Kabupaten Purbalingga yang telah melakukan screening AIDS.
Kunjungan pertama Wakil Bupati di Puskesmas Purbalingga kota menemukan 46 orang yang melakukan screening AIDS. Hal itu menurut wakil bupati dirasa kurang mengingat Kecamatan Purbalingga kota ditemukan penderita AIDS (ODA) terbesar di Kabupaten Purbalingga 2010-2017. Wakil bupati menginstruksikan agar Puskesmas kecamatan kota melakukan jemput bola agar jumlah yang melakukan screening meningkat.
“Saya target kecamatan Kota yang melakukan screening 200 pekan ini. Silakan bagaimanapun caranya. Entah itu dengan jemput bola atau pasien yang datang kesini langsung diperiksa. Kecamatan kota ini jumlahnya memprihatinkan,” kata Tiwi.
Kekhawatiran Tiwi bukan tanpa alasan. Kecamatan Purbalingga Kota tercatat menjadi ‘penyumbang’ jumlah terbesar AIDS di Kabupaten Purbalingga. Tentu saja jumlah dan nama pasien dirahasiakan untuk menjaga rasa khawatir warga Purbalingga dan mengucilkan para ODA. Tiwi juga mensinyalir meningkatnya penderita AIDS dari tahun ke tahun disebabkan kurangnya kesadaran masyarakat untuk melakukan deteksi dini terhadap ancaman AIDS sehingga pihak terkait sulit untuk melakukan tindakan tepat.
Dalam lanjutan monitoring ke Puskesmas Kecamatan Kalimanah,Tiwi memerintahkan agar Puskesmas Kalimanah bekerja berkolaborasi dengan Puskesmas Kecamatan kota karena letaknya yang berdekatan. Bukan hanya karena wilayahnya yang berdekatan, wakil bupati menduga penderita AIDS yang ada di dua kecamatan ini memperoleh virus penyebab AIDS dari tempat yang sama.
“Sepertinya di dua kecamatan ini penderita memperoleh virus HIV dari tempat yang sama. Mohon untuk jemput bola melakukan uji lab kepada para pengunjung di beberapa tempat rawan seperti pasar hewan di malam hari, stadion Goentoer Darjono,” ujar Tiwi.
Wakil Bupati menyadari belum efektifnya sosialisasi bahaya AIDS dan screening terhadap warga masyarakat. Hal itu dikarenakan stake holder bidang kesehatan masih enggan karena terbentur regulasi dan payung hukum. Oleh sebab itu Tiwi mengatakan kepada para kepala Puskesmas Perda(peraturan daerah) mengenai sosialisasi bahaya AIDS sedang digodog dan dia berujar 2018 sudah akan ada payung hukum untuk hal tersebut.
Selain di Kalimanah dan Kota, Wakil Bupati juga melakukan monitoring di Puskesmas Kutasari. Kepala UPTD Puskesmas Kutasari Dhiah Farida, SKM., M.Kes mengatakan sosialisasi tentang AIDS telah dilakukan. Tak hanya sosialisasi, calon pengantin pun diperiksa terlebih dahulu untuk deteksi dini AIDS. Menurut Dhiah ada pula dari calon penegantin yang diduga menderita AIDS setelah melakukan screening.
“Kami bekerja sama dengan KUA(Kantor Urusan Agama) agar calon pengantin direkomendasikan untuk melakukan pemeriksaan lab terlebih dahulu. Beberapa waktu lalu kami juga menemukan calon pengantin positif AIDS dan kami beri penyuluhan utnuk melakukan pengobatan,” kata Dhiah.
Menurut kepala KPAD (Kepala Pemberantasan Aids Daerah) Purbalingga Heni Ruslanto, jumlah penderita AIDS di Kabupaten Purbalingga cenderung meningkat. Di tahun 2017, jumlah dengan penderita baru terbanyak di Kecamatan Rembang. Namun jumlah kumulatif terbanyak masih di Kecamatan kota.
“2017 kecamatan Rembang terbanyak dalam penderita baru. Ini memprihatinkan dari tahun ke tahun jumlah penderita AIDS di Purbalingga cenderung meningkat. Sosialisasi harus terus dilakukan agar langkah preventif bisa berjalan efektif,” Pungkas Heni.(PI-8)