PURBALINGGA, INFO – Program Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat (PUPM) yang menjadi program Dinas Ketahanan Pangan (Dishanpan) Provinsi Jawa Tengah dilakukan guna mengembalikan stabilitas harga. Program tersebut dapat membantu pemerintah dalam rangka stabilisasi harga pangan.
“Sasarannya adalah kelembagaan masyarakat berupa Gapoktan, dan Poktan yang mempunyai produk antara lain beras, cabai sama bawang merah,” kata Kabid Distribusi dan Cadangan Pangan, Dishanpan Provinsi Jawa Tengah, Sri Bronto Rini saat Operasi Pasar di Pasar Bukateja, Selasa (30/7).
Ia menjelaskan dalam rangka stabilisasi harga yang dilakukan oleh Dishanpan Provinsi Jawa Tengah antara lain memotong rantai distribusi pangan. Karena selama ini setiap rantai itu seperti halnya beras ada sekitar tujuh hingga delapan rantai.
“Dengan program PUPM ini terpotong menjadi tiga rantai, dari petani selaku produsen, proses di petani, dan dijual dalam bentuk beras ke Toko Tani Indonesia (TTI) ke masyarakat menjadi hanya tiga rantai sampai konsumen sehingga harga bisa ditekan dan turun,” ujarnya.
Beberapa diantara komoditas yang dilakukan stabilisasi harga yakni pada beras yang harga jualnya hanya Rp 7.800 per kg. Kemudian, cabai Rp 40 ribu, kalau di pasar itu mencapai Rp 55 ribu sehingga Rp 15 ribu itu adalah batas dari para pedagang .
“Sehingga ada kenaikan harga di pasar, itu pemerintah memotong harga agar masyarakat bisa merasakan harga di tingkat petani yang jauh lebih terjangkau,” kata Sri Bronto Rini.
Dalam satu tahun ini, Dishanpan Provinsi Jawa Tengah menyediakan 600 ton cabai merah keriting dan 600 ton bawang merah. Posisi ketersediaan pangan saat ini tinggal 50 persen karena sudah berlangsung se Jawa Tengah.
“Tidak banyak-banyak, tiap titik ini hanya dua kuintal, hanya untuk mempengaruhi harga pasar secara psikologis,” terangnya.
Dengan adanya stabilitas harga pangan ini, pedagang-pedagang tidak dapat menaikan harga sesuka hati karena di luar ada harga yang lebih murah dan terjangkau. Harga terjangkau ini tentunya tidak merugikan petani karena dari petani dibeli sesuai dengan harga pasar.
“Kita hanya mengabil selisih itu dari rantai pasarnya, seperti sekarang ini di Pasar Bukateja nanti kita pindah lagi dimana yang harganya naik,” pungkas Sri Bronto Rini. (PI-7)