PURBALINGGA, INFO – Jemari lentik Nestri Liana, 18 tahun, lincah menyusun helai demi helai batang rumput kering menjadi rangkaian sulaman. Jalinan rumput kering itu kemudian disusun sedemikian rupa menjadi sosok tokoh pewayangan anggota pandawa lima, Sadewa. Rautan bilah bambu yang menjepit tubuh wayang dan menjuntai di ujung kedua tanganya menyempurnakan sebuah wayang suket buatannya.
“Awalnya susah, tetapi akhirnya bisa juga meskipun belum terlalu rapih,” ujar Nestri yang baru lulus dari SMK saat ditemui disela pelatihan di rumah Badriyanto, Desa Wlahar, Kecamatan Rembang, Purbalingga Rabu (30/10).
Nestri adalah salah satu peserta yang mengikuti pelatihan pembuatan Wayang Suket. Ia bersama 11 pemuda lainnya mengikuti kegiatan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten Purbalingga dalam rangka melestarikan kerajinan langka itu.
Selain Nestri, ada Harmanto, yang juga dengan tekun mengikuti pelatihan. Hanya seminggu, Ia berhasil menyelesaikan satu buah wayang suket. Ia memilih tokoh Wisanggeni yang dibuatnya. “Memang sulit, anyamanya rumit,” ujarnya.
Badriyanto, perajin wayang suket tersisa yang mewarisi keahlian itu dari kakeknya, Mbah Gepuk, didapuk sebagai instruktur dalam pelatihan tersebut. Ia pun mengaku sangat bergembira dengan adanya pelatihan tersebut. “Selama ini saya kesulitan untuk menemukan orang yang mau membuat wayang suket, dengan adanya pelatihan ini saya optimis kerajinan wayang suket akan lestari dan berkembang,” ujarnya.
Wayang suket memang kerajinan khas dari Purbalingga yang langka, unik dan otentik. Kerajinan ini selalu menarik perhatian dan diburu saat dipamerkan di berbagai event. Banyak permintaan baik dari dalam maupun luar negeri atas kerajinan itu.
Namun, ada berbagai kendala karena pengrajin wayang suket ini hanya satu orang yang tersisa di Purbalingga, yaitu, Badriyanto. Selain itu, rumput kasuran yang menjadi bahan bakunya pun unik karena konon hanya bisa dipanen saat Bulan Sura. Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten Purbalingga pun memberikan perhatian khusus terhadap Wayang Suket. Dekranasda selaku wadah yang menaungi pengembangan kerajinan menyusun berbagai program pengembangan Wayang Suket.
“Kita ingin wayang suket menjadi icon Purbalingga. Kerajinan ini sangat unik dan hanya kita yang punya sehingga berbagai program akan dijalankan untuk mengembangkan Wayang Suket,” ujar Ketua Dekranasda Rizal Diansyah saat menghadiri Pelatihan Pembuatan Wayang Suket.
Persoalan dalam rangka pengembangan wayang suket sudah diinventarisir, seperti kurangnya pengrajin dan kesulitan bahan baku. Program-program yang dijalankan akan dibuat holistik dan mensinergikan berbagai stakeholder yang ada. “Misalnya untuk persoalan bahan baku, kita sudah meminta Dinas Pertanian untuk melakukan uji coba penanaman rumput kasuran,” ujar Suami Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi itu.
Kemudian, Dinas Perindustrian dan Perdagangan sudah mengawali dengan menyelenggarakan pelatihan pembuatan wayang suket tersebut. Selain itu, juga akan melibatkan Dinas Koperasi dan UKM, Bagian Perekonomian, pemerintah kecamatan dan desa serta institusi pendidikan.
“Pelatihan ini sudah membuktikan bahwa kerajinan ini bisa dikerjakan oleh orang lain, terutama genersasi muda. Kita ingin pelatihan ini berlanjut, untuk kami akan meminta wayang suket menjadi salah satu kegiatan ekstrakulikuler atau pelajaran muatan sekolah di SMP dan SMA,” ujarnya.
Yoko, Guru SMA Negeri 1 Rembang pun menyambut baik usulan itu. Menurutnya, Ia sudah mewacanakan hal itu sejak 2007. “Ini seperti gayung bersambut, kita akan mengupayakan untuk mengakomodasi wayang suket sebagai materi kontekstual dalam pelajaran muatan lokal,” ujarnya.
Keunikan Wayang Suket Purbalingga sudah diakui oleh berbagai kalangan. Salah satunya antropolog dari Universitas Indonesia Notty J Mahdi yang bertandang ke Purbalingga dalam rangka menjadi narasumber dalam pengembangan batik sepekan lalu. Ia menggagumi wayang suket yang menurutnya dibuat dengan sangat detail.
“Wayang Suket Purbalingga sangat detail dan anyamanya rumit, di Jawa saya menjumpai wayang suket, salah satunya dari Wonogiri hanya saja tidak sedetail ini,” kata Notty yang juga kolektor batik klasik dari seluruh nusantara.
Notty pun menyarankan agar pengembangan wayang suket dilakukan dengan serius dan berkelanjutan. Menurutnya, wayang suket sangat bisa menjadi kerajinan khas Purbalingga yang mendunia.
Pemerintah Kabupaten Purbalingga pun sudah memantapkan komitmen untuk mengembangkan Wayang Suket. Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi sudah mencanangkan akan menjadikannya sebagai icon Purbalingga. Hal itu sudah dimulai dengan menjadikan wayang suket sebagai salah satu motif batik khas Purbalingga. Kemudian, wayang suket juga akan menjadi souvenir khas tamu-tamu yang berkunjung ke Purbalingga. (PI-7)