PURBALINGGA INFO – Pemerintah Kabupaten Purbalingga terus memperkuat upaya pencegahan dan penanganan stunting, salah satunya melalui Rapat Rencana Tindak Lanjut Audit Kasus Stunting (AKS) di Desa Bumisari, Kecamatan Bojongsari, pada Jumat (6/12/2024). Kegiatan ini digelar oleh Dinas Sosial, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DinSosDaldukKBP3A) Kabupaten Purbalingga.

Ahli gizi dari Puskesmas Bojongsari, Mustika Ayu, memaparkan hasil pemantauan semester dua yang mencakup kondisi balita, ibu hamil, ibu nifas, calon pengantin, serta lingkungan tempat tinggal. Menurut Mustika, Desa Bumisari telah menjadi lokus penanganan stunting, sehingga membutuhkan perhatian lintas sektor.

“Desa Bumisari sudah menjadi lokus penanganan stunting, sehingga perlu mendapatkan perhatian khusus tidak hanya dari puskesmas, tetapi juga dari lembaga lainnya,” ujarnya.

Dari data AKS, Desa Bumisari memiliki 520 balita, 53 ibu hamil, satu pasangan calon pengantin, dan 18 ibu nifas. Kasus yang menjadi sasaran AKS meliputi empat balita, tiga ibu hamil, satu anak di bawah dua tahun (baduta), satu calon pengantin, dan tiga ibu nifas.

Upaya yang dilakukan mencakup kunjungan rumah, edukasi, serta rujukan ke rumah sakit. Mustika menyebutkan, beberapa balita dengan kondisi stunting dirujuk ke RS Goeteng Taroenadibrata dan ditangani oleh dokter spesialis anak, dr. Ardian Budi Kusuma, bersama ahli gizi rumah sakit.

Namun, tantangan di lapangan masih cukup besar. Menurut Mustika, banyak masyarakat belum memahami Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) serta pola makan sehat untuk anak-anak.

“Permasalahannya adalah ibunya kurang pengetahuan. Mereka sering memberikan jajanan ringan yang kurang baik untuk nutrisi anak. Bahkan, ada yang tidak memberikan nasi karena anak dianggap tidak mau makan,” ungkapnya.

Permasalahan lain yang ditemukan adalah kebiasaan masyarakat yang enggan menggunakan jamban meskipun memilikinya, serta kondisi rumah yang tidak sehat. Mustika juga mencatat adanya perilaku merokok di dalam rumah yang memengaruhi kesehatan anak.

Tim pakar Rumah Sakit Daerah Goeteng Taroenadibrata, Dokter Ardian Budi Kusuma, menekankan pentingnya ketersediaan nutrisi yang baik dan perlunya asupan makanan pendamping ASI (MP-ASI) untuk anak di atas dua tahun.

“Infeksi penyakit sangat memengaruhi tumbuh kembang anak. Balita yang sudah usia dua atau tiga tahun butuh nutrisi yang banyak dan lengkap. Akan percuma jika hanya diberikan ASI pada balita usia dua atau tiga tahun yang seharusnya sudah membutuhkan makanan lengkap,” jelasnya.

Dokter Ardian juga menyoroti pentingnya komitmen dari pemerintah dan lembaga non-pemerintah dalam mencegah dan menangani stunting secara terpadu.

“Komitmen politis dan kebijakan untuk implementasi tata kelola dari lembaga pemerintah maupun non-pemerintah sangat penting, karena tata laksana pengobatan stunting sangat rumit,” tegasnya.

Sebagai contoh keberhasilan, Agus Riyono, warga Desa Sidanegara, Kecamatan Kaligondang, mengungkapkan anaknya, Affshenna Gusti Syachira, yang sempat mengalami gizi buruk, kini telah pulih berkat penanganan intensif dari dokter Ardian dan tim medis RS Goeteng.

Upaya terintegrasi seperti ini diharapkan dapat mempercepat penurunan angka stunting di Purbalingga dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pola hidup sehat. (Ady/kominfo)