PURBALINGGA – Jumlah riil Orang Deangan HIV/Aids (Odha) di Purbalingga saat ini belum diketahui secara pasti. Jumlah mereka disebut-sebut bagaikan gunung es di tengah laut, hanya tampak sedikit di permukaan air namun di bawah sebenarnya cukup besar.
Komisi Penanggulangan Aids Daerah (KPAD) Kabupaten Purbalingga memiliki tugas untuk bisa mendetaksi dan mengungkap jumlah Odha yang sebenarnya. Sekretaris KPAD Purbalingga, Heny Ruslanto mengatakan, saat ini Purbalingga telah memiliki payung hukum dalam penanggulangan HIV/Aids yakni Peraturan Daerah (Perda) no 9 tahun 2018.
“Bahkan Perbupnya juga sudah ditandatangani. Dengan itu penelusuran kita akan lebih masif, mulai dari calon pengantin yang dari KUA dirujuk ke Puskesmas untuk rapid test (screening Hiv). Bukan untuk menghalangi pernikahan tapi untuk menjaga kesehatan,” katanya.
Melalui deteksi tersebut, jika positif terkena Hiv maka akan mendapatkan fasilitas pengobatan sedini mungkin untuk tetap menjaga kesehatannya. Selain rapid test bagi calon pengantin, KPAD Purbalingga juga mengusulkan kembali rapid test untuk ribuan karyawan pabrik seperti halnya yang pernah dilakukan tahun lalu.
Berdasarkan catatan dari KPAD Purbalingga yang dihimpun dari tiap Puskesmas dan Rumah Sakit, jumlah Odha (yang diketahui sementara) di Purbalingga hingga Desember 2018 ada 336 kasus, dan 45 meninggal. Sedangkan 2019 sampai Mei sudah ada 33 kasus meninggal 10 ditambah data dari RS Margono 37 kasus.
“Sehingga sampai akhir Mei 2019 ada 460 kasus dan yang termonitor meninggal ada 141. Itu baru yg temuan yang tercatat, ada juga yang tidak tercatat karena tidak paham, itu sisanya harus kita cari,” katanya.
Sementara itu Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi SE BEcon MM senantiasa mendorong agar KPAD masif menemukan penderita hiv sehingga bisa diobati sedini mungkin. Semakin banyak yang diketahui terdeteksi semakin dini semakin baik.
“Jangan sampai ketahuannya itu baru last minute, sudah parah,” katanya.
Tidak hanya KPAD, Bupati juga meminta kepada setiap Puskesmas untuk turut memperhatikan Odha yang ada di wilayahnya masing-masing. Tentunya untuk terus memonitoring, memastikan Odha agar tidak drop out dari minum obat. Hal itu menjadi komitmen utnuk mewujudkan Getting To 3 Zeroes: Zero New HIV Infection, Zero Stigma and Discrimination dan Zero AIDS Related Death.
Selain itu juga seluruh Oorganisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait juga untuk memberi perhatian lebih kepada Odha dalam hal kesejahteraan. Sebab umumnya mereka juga ditemukan dalam keadaan miskin.
“Perlu diberikan santunan bagi mereka Odha yang yatim piatu. Bahkan odha yang masih Balita juga perlu kita beri PMT (Pemberian Makanan Tambahan) atau susu untuk menunjang nutrisi mereka. Bantu mereka dalam rehab RTLH atupun Kredit Mawar bagi mereka yang kesulitan mencari modal usaha,” katanya.(Gn/Humas)