PURBALINGGA, DINKOMINFO – Pergeseran aliran arus sungai Klawing mengancam tiang pancang jembatan yang melintas diatas sungai Klawing, Desa Majapura, Kecamatan Bobotsari. Pasca banjir besar pekan lalu, aliran arus sungai Klawing dari sisi Timur bergeser ke Barat. Bagian sisi Timur kini menjadi sawah, sementara sisi Barat yang semula sawah menjadi aliran sungai baru.
“Pemkab tengah berupaya mengembalikan aliran arus sungai agar sesuai pada jalur semula. Jika aliran arus sungai bergeser ke Barat, maka bisa dimungkinkan akan merusak tiang pancang jembatan. Pekan lalu saja, ketika aliran air bergeser ke Barat, sudah membuat longsor oprit jembatan,” kata Bupati Purbalingga Tasdi, SH, MM disela-sela memantau pembangunan oprit jembatan Klawing, Kamis (23/3).
Tasdi bersama sejumlah pejabat mencoba turun ke sungai dan melihat dari dekat perubahan aliran arus sungai. Dari bawah jembatan, terlihat jelas, aliran sungai mulai bergeser ke Barat, jika semakin lama dibiarkan, maka aliran itu selain mengancam bagian oprit dan jalan menuju jembatan juga mengancam tiang jembatan. “Jalan satu-satunya harus mengembalikan aliran sungai seperti sediakala,” kata Tasdi.
Untuk mengatasi hal itu, lanjut Tasdi, pihak Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) telah mengerahkan tiga alat berat dan mengerahkan puluhan pekerja untuk membuat bronjong. Alat berat digunakan untuk mengeruk batu serta tanah di tepi sungai dan kemudian diletakan ditepi bronjong yang dibuat. Penahan oprit jembatan selain dari bronjong, juga diperkuat dengan bebatuan yang diambil dengan alat berat tersebut. “Kami memperkirakan sebelum lebaran tahun ini, jalur jembatan Klawing sudah bisa dilalui normal, namun dari pihak DPUPR bahkan menjanjikan dalam waktu dua minggu bisa selesai,”kata Tasdi.
Seperti diberitakan sebelumnya, oprit jembatan yang menghubungkan wilayah Bobotsari – Rembang, tepatnya di Desa Majapura, Kecamatan Bobotsari, ambrol, Sabtu sore (18/3) sekitar pukul 15.00 WIB. Akibatnya, lalu lintas macet total dan jembatan tersebut tidak dapat digunakan. Sebuah mobil Avansa dilaporkan terjebak dan hanyut ke dalam sungai. Tas musibah itu, sehari kemudian Pemkab bergerak cepat dengan mengerahkan alat berat serta mengerahkan puluhan tenaga untuk membuat bronjong.
“Tidak perlu ada jembatan darurat. Karena Pemkab akan langsung menangani dengan yang permanen. Langkahnya mulai dengan pemasangan bronjong, pengurukan, pemadatan oprit yang longsor, pengecoran dan pengaspalan, setelah itu selesai. Secara teknis bisa dilakukan dalam waktu dekat,” kata Tasdi.
Tasdi menambahkan, penanganan ambrolnya oprit jembatan Sungai Klawing akan dilakukan dengan memanfaatkan alokasi anggaran rutin. Tasdi memastikan anggaran itu mampu untuk mengatasi penanganan bencana tersebut.
Sementara itu, selama penanganan, jembatan Klawing tidak bisa dilalui kendaraan roda empat. Kendaraan empat yang dari arah Bobotsari dan akan menuju wilayah kecamatan Kertanegara, Karanganyar, Banjarkerta, Karangmoncol dan Rembang untuk sementara dialihkan melalui jalan alternatif. Alternatif pertama dari Bobotsari, pengendara bisa melalui jalan desa Karangtalun, Pakuncen kemudian jalan Desa Dagan, Palumbungan, Limbasari. Alternatif kedua, pengendara bisa lewat Desa Banjarsari ke selatan kemudian Desa Tangkisan Kecamatan Mrebet. Alternatif lainnya, pengendara bisa lewat Desa Banjarsari ke selatan kemudian Desa Tangkisan Kecamatan Mrebet.
Karena jarak yang jauh dan harus memutar, warga setempat membuat jembatan darurat dari kayu. Jembatan darurat itu hanya khusus untuk kendaraan roda dua. Itupun harus antri bergantian karena lebar jembatan yang hanya sekitar satu meter. (Hr/yit)