PURBALINGGA – Potensi batu mulia di sejumlah desa di wilayah Kecamatan Rembang bernilai tinggi. Potensi ini belum tergarap secara optimal oleh warga setempat. Saat ini hanya ada sekitar 10 orang perajin batu mulia skala mikro dengan pemahaman dan teknologi yang sangat minim dan tanpa jejaring pemasaran. Potensi dan kondisi ini berdasar hasil penelitian Yayasan Mutu Manikam Nusantara Indonesia (MMNI) Jakarta beberapa waktu lalu.
Atas kondisi tersebut, pihak MMNI yang digandeng oleh Ruang Belajar Masyarakat (RBM) Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM MPd) akan menggelar pelatihan dasar pengolahan batu alam dan batu mulia di Desa Panusupan, Kecamatan Rembang, Jum’at – Sabtu (5 – 7/9). Peserta pelatihan terdiri dari perajin atau calon perajin skala usaha mikro-kecil, dan masyarakat yang tertarik mengembangkan minat pada batu mulia.
Ketua Pokja Pengembangan Usaha dan Jejaring RBM PNPM MPd, Rukmawan Suci Laswono, SE mengungkapkan, pihak MMNI pernah melakukan penelitian di beberapa lokasi di Kabupaten Purbalingga termasuk di Kecamatan Rembang dan menemukan potensi batu khusus bernilai tinggi seperti Germanium, Badar Besi, Turquoise dan Marcasite selain batu mulia umum (bahan akik, Jasper Agats). “Atas hasil penelitian itu, MMNI membuka peluang dengan memberikan pelatihan dan pembimbingan pengelolaan usaha mikro batu mulia di wilayah Kecamatan Rembang,” kata Rukmawan, Kamis (4/9).
Disebutkan Rukmawan, dengan bantuan konsultan Regional Management Consultan (RMC) Jakarta dan PNPM Support Facility (PSF/) World Bank, sampel batu mentah yang ada di Kecamatan Rembang sudah dikonsultasikan dengan MMNI. MMNI adalah perkumpulan para pencinta dan perajin mutu manikam (perhiasan) yang pembentukkannya diprakarsai oleh Ibu Negara Ibu Hj. Ani Bambang Yudhoyono, didukung oleh ibu-ibu pejabat tinggi negara dengan pembinaan BUMN Pertambangan.
“Berlatar belakang tujuan utama pendirian MMNI untuk menciptakan lapangan kerja bagi perajin dalam rangka membantu program pengentasan kemiskinan dan peningkatan devisa Negara, kemudian MMNI menggandeng pelaku PNPM untuk menggelar pelatihan ini,” jelas Rukmawan.
Rukmawan mengatakan, tujuan pelatihan ini adalah mengenali berbagai jenis batu mulia dan nilainya, memilih dan memilah jenis batu mulia serta melakukan pengolahan dasar. Kemudian mendesain perhiasan dan membuat produk secara professional, independen dan berkelanjutan. “Peserta pelatihan juga diharapkan mampu membuat rancangan dan pengelolaan usaha mikro, memberikan nilai tambah dan menyempurnakan mutu produk perhiasan berbahan baku batu mulia, serta mampu memasarkan peoduk-produk perhiasan di tingkat nasional maupun internasional,” kata Rukmawan.
Tenaga pelatih terdiri dari tim ahli Yayasan MMNI yang sudah lebih dari 10 tahun menggeluti bidang perhiasan dan praktisi, serta tenaga pelatih masyarakat dari RBM Purbalingga. Materi pelatihan meliputi 30 % teori dan 70 % praktek. Substansi materi terdiri pengenalan jenis bebatuan, aplikasi dan perkiraan nilai jualnya, pemotongan dan penggosokan batu mulia, desaian perhiasan dan produksi kerajinan batu mulia.
“Kami berharap pasca pelatihan ini ada pendampingan yang berkesinambungan dari Yayasan MMNI dalam upaya peningkatan kualitas produk batu mulia olahan, serta bantuan peralatan pengolahan batu kepada masyarakat wilayah Kecamatan Rembang,” harap Rukmawan. (y)