PURBALINGGA, DINKOMINFO – Pemerintah Kabupaten Purbalingga bekerjasama dengan Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) mengembangkan varietas padi Inpari Sidenuk di Purbalingga. Varitas padi tersebut merupakan hasil rekayasa teknologi nuklir khususnya bidang pertanian. Tanam perdana padi tersebut dilakukan oleh Sekretaris Utama Batan Ir Falcony Margono, MM dan Bupati Purbalingga Tasdi, SH, MM di Desa Senon, Kecamatan Kemangkon, Purbalingga, Rabu (3/5).
Uji coba tanam padi nuklir di Purbalingga seluas 23 hektar. Luasan itu terdiri 10 hektar di Desa Senon, Kemangkon 10 hektar di Kalimanah dan tiga hektar penangkaran di Desa Kedungjati, Bukateja.
Falcony Margono yang didampingi Deputi Kepala Batan Bidang Pendayagunaan Teknologi Nuklir, Dr Hendig Winarno mengatakan rekayasa teknologi nuklir yang diterapkan pada tanaman padi mampu membawa keuntungan bagi petani. Pasalnya petani diuntungkan dengan hasil panen yang lebih banyak. “Rata-rata panen untuk lahan satu hektar dapat mencapai 9 hingga 10 ton. Hasil ini bukan final, dan akan terus dilakukan penelitian hingga bisa melebihi range yang dicapai saat ini,” kata Falcony usai melakukan tanam padi tersebut.
Dikatakan Falcony, Batan saat ini telah menghasilkan 22 varietas padi hasil teknologi nuklir. Varietas padi tersebut setidaknya telah ditanam di berbagai wilayah Indonesia dengan luasan kurang lebih 3 juta hektar. Khusus untuk varietas padi Sidenuk mampu menghasilkan gabah kering giling sebanyak 9,1 ton per hektare atau lebih tinggi dibandingkan dengan varietas padi lainnya. “Tanaman padi varietas Sidenuk tersebut berhasil dikembangkan di sejumlah daerah percontohan baik wilayah Jawa Barat maupun Jawa Tengah. Penggunaan varietas ini sudah mencakup sekitar 40 persen di tingkat nasional,” kata Falcony.
Falcony mengatakan, varietas padi sidenuk berasnya terasa pulen dan memiliki umur yang lebih pendek dibanding varietas lainnya, sehingga ke depan dapat dikembangkan di seluruh Indonesia. Kendati demikian, Batan saat ini juga sedang melakukan pengembangan varietas baru yakni Tropical yang lebih unggul dibandingkan dengan Sidenuk. Varietas Tropical ini untuk memperbaiki kekurangan Sidenuk.
“Varietas padi Tropical memiliki keunggulan lebih tahan terhadap serangan hama dan diperkirakan tiga tahun lagi sudah bisa dipasarkan untuk dikembangkan,” katanya.
Falcony menambahkan, sejak tahun 1982, Batan telah memanfaatkan sumber radioaktif dari reaktor nuklir untuk memperbaiki benih padi varietas biasa pada tahap awal saja. “Tidak ada masalah, radiasinya juga sangat rendah. Sumber radiasi itu tidak ada kaitannya setelah menjadi beras, sehingga beras hasil teknologi nuklir sangat aman untuk dikonsumsi,” tambahnya.
Sementara itu Bupati Purbalingga, Tasdi, SH, MM mengatakan, pihaknya menyambut baik kerjasama dengan Batan. Diharapkan kerjasama terus berlanjut dan tidak hanya dalam bidang pertanian saja. “Dulu kita mengenal nuklir hanya untuk perang, ternyata teknologi nuklir bias untuk perdamaian dan kesejahteraan masyarakat. Seperti halnya pada bidang pertanian ini, varietas Sidenuk bias memberi kesejahteraan bagi masyarakat Purbalingga. Syukur nanti Batan bias menghasilkan padi yang berumur lebih pendek lagi,” kata Tasdi.
Tasdi juga berharap, Purbalingga dengan sejumlah wilayah sebagai lumbung padi akan mampu mencapai surplus beras pada tahun 2017 ini. “Tahun 2015 surplus beras mencapai 63 ribu ton, tahun 2016 sebanyak 46 ribu ton dan mudah-mudahan target surplus beras tahun ini 81 ribu ton bias tercapai. Purbalingga sangat mendukung agar Indonesia tidak Impor beras, tetapi justru sebaliknya, bisa ekspor beras,” harap Tasdi. (yit/Hr/dal)