PURBALINGGA, HUMAS – Puskesmas Bojongsari, Purbalingga menjadi satu-satunya Puskesmas yang telah membentuk paguyuban Prolanis dan Posbindu. Kedua layanan itu merupakan upaya monitoring dan konseling faktor resiko penyakit tidak menular yang dilakukan oleh dan untuk masyarakat secara rutin dan periodik.
Prolanis atau Program Pengelolaan Penyakit Kronis, merupakan program yang digagas oleh BPJS Kesehatan atau PT. Askes kala itu, sedangkan Posbindu (Pos Pembinaan Terpadu) merupakan program pemerintah yang pembinaanya langsung ditangani oleh Puskesmas.
“Puskesmas Bojongsari merupakan puskesmas yang sudah membentuk Posbindu di setiap desa binaanya sejumlah 13 desa. Saya minta ini dapat diikuti puskesmas lainnya di Purbalingga,” ujar Kepala Dinas Kesehatan kabupaten Purbalingga, Nonot Mulyono saat peluncuran Posbindu dan Paguyuban Prolanis di Puskesmas setempat, Sabtu (2/5).
Acara yang dihadiri Bupati Sukento Rido Marhaendrianto, juga untuk meresmikan pembangunan sarana dan prasarana kesehatan pada Dinas Kesehatan kabupaten Purbalingga tahun 2014.
Menurut Nonot, Purbalingga mendapat program pengembangan Posbindu dari pemerintah pusat dengan target hanya membentuk satu Posbindu dalam satu kecamatan tiap tahunnya. Namun berkat inovasi yang dilakukan, Puskesmas Bojongsari telah mampu membentuk Posbindu di seluruh desa yang ada.
“Yang dipraktekan Bu Yena (drg. Yenawati Hartanto, Kepala UPT Puskesmas Bojongsari) adalah melengkapi seluruh peralatan yang dibutuhkan tiap Posbindu dengan menggunakan dana kapitasi BPJS. Sehingga tanpa menunggu program, seluruhnya dapat dipenuhi dengan cepat,” jelasnya.
Diungkapkan Kepala UPT Puskesmas Bojongsari, tiap Posbindu yang berada di tiap desa dilengkapi dengan lima alat pemeriksaan seperti Body Fit untuk mengukur lemak tubuh, tensimeter, pengukur gula darah, Diabetes melitus (DM) dan alat kelengkapan lainnya.
“Kami ada dua Posbindu Kit dari provinsi dan 12 lainnya pengadaan sendiri,” jelas Yena.
Dikatakan Yena, melalui kegiatan Posbindu, diharapkan masyarakat dapat lebih mawas diri terhadap faktor risiko penyakit tidak menular seperti gangguan jantung, stoke, diabetes dan lainnya, mengingat sebagian besar faktor resiko penyakit itu tidak memberikan gejala. “Ketika ada kasus faktor risiko yang ditemukan tetapi tidak dapat dikendalikan melalui konseling akan dirujuk ke fasilitas pelayanan dasar di Puskesmas kita,” lanjutnya.
Selain Posbindu, Puskesmas Bojongsari juga membentuk Paguyuban Prolanis yang saat ini berangotakan 52 penyandang penyakit kronis.
Menyangkut keberadaan paguyuban Prolanis, Kepala BPJS Cabang Purwokerto Arif Saefudin menuturkan kepesertaan program pengelolaan penyakit kronis di Purbalingga masih belum berkembang. Hingga 2014, Prolanis di Purbalingga baru memiliki anggota 500 orang dan berada di urutan paling bawah kepesertaan Prolanis kabupaten lainnya di eks Karesidenan Banyumas.
“Bojongsari tahun 2014 baru 2 orang. Hari ini langsung bertambah 50 orang. Jadi saya optimis kedepan kabupaten Purbalingga mampu menyalip kabupaten tetangga lainnya,” jelasnya.
BPJS saat ini mendukung sepenuhnya untuk kegiatan olah raga dan penyuluhan. Namun menurut Arif, support ini tidak akan selamanya. Sehingga diharapkan, paguyuban yang sudah ada dapat mandiri dalam melakukan kegiatanya. (Hardiyanto)