PURBALINGGA – Sedikitnya 1.550 pendaki dari berbagai kota merayakan peringatan HUT ke-71 Kemerdekaan Republik Indonesia di puncak Gunung Slamet, Rabu (17/8). Mereka mulai bergerak secara bertahap ke puncak Slamet setingga 3.428 meter diatas permukaan air laut itu pada Selasa (16/8). Pendakian ke puncak Gunung Slamet menjadi tradisi unik kalangan muda untuk merayakan peringatan kemerdekaan yang berbeda dari kalangan masyarakat pada umumnya.
Kepala Bidang Pariwisata pada Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga (Dinbudparpora) Purbalingga, Ir Prayitno, M.Si mengungkapkan, sempat tersebar berita jika ada satu orang pendaki yang jatuh saat dalam perjalanan menuju puncak. Atas informasi itu semua petugas SAR yang berjaga di pos Bambangan, melakukan pengecekan pada setiap pimpinan rombongan.
“Tidak ada laporan yang masuk, dan petugas SAR yang diterjunkan untuk menuju puncak, tidak mendapati informasi soal jatuhnya salah seorang pendaki,” kata Prayitno yang dihubungi disela-sela melakukan pemantauan di Pos Bambangan, Desa Kutabawa, kecamatan Karangreja, Rabu (17/8).
Prayitno menduga, pendaki yang dikabarkan jatuh ada kemungkinan tidak melewati jalur pendakian Bambangan yang dinilai paling aman. Jalan menuju puncak memang licin, namun pendaki yang melalui jalur Bambangan sudah diingatkan untuk hati-hati. “Tim SAR yang siaga di pos Bambangan, hanya menerima laporan seorang pendaki yang mengalami kesurupan di pos II. Pendaki itu atas nama Maulana (18) asal Jakarta. Tim SAR yang mendapat laporan langsung naik menuju Pos II dan melakukan evakuasi terhadap yang bersangkutan,” kata Prayitno.
Prayitno menambahkan, untuk mengantisipasi penanganan jika terjadi kecelakaan selama di pendakian, pihaknya bekerjasama dengan Palang Merah Indonesia (PMI) Purbalingga untuk ebrsiaga di pondok pemuda Bambangan. PMI menyiapkan tenaga medias dan sebuah ambulan yang siap sewaktu-waktu jika digunakan. “Ini untuk antisipasi dan memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada pendaki,” tambah Prayitno.
Slamet Ardiansah, petugas di pos Bambangan menuturkan, setiap pendaki yang baru pertama kali naik, diberi arahan soal jalur yang dilalui. Disepanjang jalur pendakian juga sudah ada rambu arah yang dibuat SAR bersama relawan. Pendaki, biasanya diingatkan cukup satu jam ketika sampai di puncak, karena kondisinya yang dingin. Sedang informasi lain, soal ketersediaan air yang ada di titik pos V yang belum mengering. “Kami juga mengingatkan pendaki untuk tidak memetik bunga Edelweis yang saat ini sedang musim, dan untuk membawa pulang sampah yang dibawanya,” ujar Slamet..
Sementara itu, salah seorang pendaki dari Bekasi, Agus (20) mengungkapkan, dirinya bersama sembilan temannya memilih mendaki ke puncak Slamet melalui jalur Bambangan, karena dinilai paling aman. Jalurnya sudah sering dilalui dan penunjuk arahnya lumayan lengkap. “Kami sengaja datang ke Purbalingga dan memilih memperingati HUT RI di puncak gunung. Ada sensai yang berbeda ketika membangun semangat patriotisme di puncak gunung. Selain itu, kita bisa merasakan betapa indahnya alam ciptaan Tuhan,” ujar Agus. (y)