PURBALINGGA – Sekitar 1.060 pendaki merayakan pergantian tahun di puncak Gunung Slamet (3.428 m dpl). Para pendaki dari kalangan muda-mudi ini berasal dari berbagai kota seperti Bekasi, Jakarta, Yogyakarta, Semarang, Bandung, dan sejumlah kota lain di Jateng, Jabar dan Jatim. Selain itu juga ada 12 pendaki dari luar negeri, masing-masing dari Singapura, Malaysia, dan Brune Darussalam.
Kepala Bidang Pariwisata pada Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga (Dinbudparpora) Purbalingga, Ir Prayitno, M.Si mengungkapkan, para pendaki mulai membanjiri pos pendakian di Dukuh Bambangan, Desa Kutabawa, Kecamatan Karangreja, Purbalingga, pada Kamis (31/12) pagi. “Mereka kebanyakan datang secara berombongan. Dalam satu grup antara 5 – 10 orang,, bahkan ada yang 20 orang. Namun juga ada yang dating dua orang dalam satu kelompoknya,” kata Prayitno disela-sela pemantauan pendakian di pos Bambangan, Kamis – Jum’at (31/12/2015 – 1/1/2016).
Disebutkan Prayitno, berdasar data yang tercatat di pos Bambangan, para pendaki berasal dari Bekasi, Cibitung,Jakarta, Yogyakarta, Bandung, Tasikmalaya, Semarang, Sragen, dan sejumlah kota lainnya di Jateng, Jatim dan Jabar. “Untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, semua pendaki kami data di pos Bambangan. Setiap ketua kelompok juga kami wajibkan meninggalkan identitas berupa KTP atau SIM serta nomor kontak,” kata Prayitno.
Petugas di posko Bambangan yang dibantu dari SAR Purbalingga serta relawan Gunung Slamet juga membagikan lembaran informasi berupa jalur pendakian, serta tata cara dan larangan selama melakukan pendakian ke puncak Gunung Slamet. “Lembar informasi ini untuk member kemudahan bagi para pendaki yang hendak menuju puncak. Jika terjadi sesuatu pada rombongannya, bisa segera mengontak pada nomor kontak yang tertera dalam lembaran tersebut,” ujarnya.
Prayitno juga mengingatkan kepada para pendaki untuk tetap menjaga kesehatan serta kelestarian lingkungan selama di puncak dan jalur pendakian. Para pendaki dihimbau untuk tidak membuang sampah sembarangan, dan wajib membawa turun kembali sampah yang dihasilkannya. Semua pendaki sebelum ke puncak juga dibekali kantong plastic untuk tempat sampah. Kantong ini diserahkan kembali di pos Bambangan dan tentunya berisi sampah. Para pendaki juga tidak boleh menebang pohon serta memetik bunga Edelwis.
“Kami bekerja sama dengan SAR dan relawan juga memantau di beberapa pos pendakian, harapannya agar para pendaki ikut menjaga kelestarian hutan dan vegetasi yang ada di Gunung Slamet,,” kata Prayitno.
Prayitno menambahkan, kondisi puncak Gunung Slamet lumayan dingin dan sesekali terjadi hujan. Para pendaki diminta waspada terhadap serangan hipotermia dan jalan setapak yang licin. Beberapa pendaki telah melaporkan ke petugas dan SAR di Bambangan dan meminta evakuasi karena kedinginan atau jatuh terkilir. “Sejak tanggal 27 Desember hingga 31 Desember, tercatat ada tujuh pendaki yang meminta dievakuasi dari beberapa pos. Dua orang mengalami hipotermia, tiga orang jatuh patah tulang dan dua orang mengalami pingsan,” tambah Prayitno.
Sementara itu, salah seorang pendaki asal Sragen, Helmi mengatakan, ia bersama rombongan sengaja datang ke Gunung Slamet untuk merayakan pergantian tahun baru. “Kami ingin mengisi liburan kuliah dan sekaligus merayakan tahun baru 2016 di puncak Gunung Slamet,” kata Helmi yang juga mahasiswa Amikom Yogyakarta. (y)