PURBALINGGA,HUMAS – Alas kaki sandal kebanyakan dibuat dari karet atau bahan plastik. Namun, perajin tempurung di Kelurahan Purbalingga Wetan, Kecamatan/Kabupaten Purbalingga (Jateng) menciptakan model sandal dari tempurung. Sisa-sisa potongan tempurung yang digunakan untuk membuat peralatan rumah tangga, tidak dibuang namun di perhalus dan direkatkan satu persatu membentuk sandal. Unik bukan?
Meski berbahan dasar sebagian besar dari tempurung kelapa, namun bagian alas sandal tetap menggunakan bahan karet atau plastik, sesuai selera konsumen. Sementara bagian pengikat kaki, juga sama dengan sandal lainnya. Tempurung hanya digunakan pada pelapis alas sandal.
Harga sepasang sandal ini juga tidak begitu malah. Cukup Rp 25 ribu, untuk ukuran apa saja. Model sandal ini ternyata justru diminati konsumen dari luar kota seperti Jakarta, bandung dan Bali. Sementara di penjualan lokal, tidak begitu banyak dikenal. Boleh jadi, sandal tempurung buatan Purbalingga ini justru lebih banyak diketahui bukan berasal dari Purbalingga.
”Kebanyakan pesanan sandal tempurung untuk souvenir. Selain itu juga sejumlah pedagang dari luar kota seperti dari Bali, Jakarta dan Bandung, memesan sandal tempurung dari kami,” kata Unardi (40) perajin tempurung yang tinggal di RT 1/I Purbalingga Wetan.
Unardi mengungkapkan, ide membuat sandal tempurung sebenarnya datang begitu saja. Ketika mengetahui banyak potongan sisa tempurung yang telah dibuat berbagai macam kerajinan. Daripada potongan tempurung kecil-kecil tidak dipakai, lantas dimanfaatkan dengan cara dirangkai secara vertikal dan direkatkan dengan rem.
”Kami juga terus didorong oleh Disperindagkop untuk terus membuat produk-produk yang unik dan belum ada di masyarakat. Seperti sandal tempurung, juga meja tempurung, tempat tisue, kap lampu, asbak, tempat minuman dan sejumlah produk lainnya,” kata Unardi yang dibenarkan Sutrisno, ketua kelompok perajin tempurung ’Manunggal Karya’.
Kelompok Manunggal Karya kini memiliki anggota 42 orang. Setidaknya ada 34 macam hasil kerajinan yang diproduksi dan dijual ke pasaran di sejumlah kota besar. Hasil kerajinan ini sebagian besar untuk keperluan rumah tangga seperti irus, centhong, sendok kayu kelapa, piring kayu, ciri dan penghalus sambal, jam tempurung dan sebagainya. Bahan dasar yang digunakan selain limbah tempurung, juga potongan kayu kelapa (glugu), dan potongan kayu melinjo.
”Kami secara terus menerus mendapat dukungan promosi dari Pemkab Purbalingga melalui Disperindagkop, dan juga melalui Bank Jateng,” kata Sutrisno sembari menambahkan, pekan lalu juga diundang dalam ulang tahun Bank Jateng untuk memamerkan hasil produksinya.
Kepala Bidang Perindustrian pada Disperindagkop Purbalingga Drs Agus Purhadi Satyo mengatakan, Pemkab terus mendukung para perajin tempurung di kelurahan Purbalingga Wetan dengan melakukan fasilitasi berbagai hal. Pemkab telah mencoba mendukung pameran produk, bantuan bengkel kerja, dan studi banding ke perajin lainnya sebagai upaya menambah wacana. (Humas/y)