PURBALINGGA, HUMAS – Bupati Drs H Heru Sudjatmoko MSi mengatakan permasalahan penggunaan pewarna tekstil oleh para perajin krupuk di Desa Senon dan Pegandekan Kemangkon sangat dilematis. Karenanya, Pemkab terus melakukan pembinaan baik kepada konsumen bekerja sama dengan ibu-ibu Tim Penggerak PKK dan produsen perajin krupuk.
“Kita tidak mungkin serta merta menutup produsen karena itu sumber mata pencaharian mereka. Jika mereka langsung menggunakan pewarna yang direkomendasikan apalagi pewarna alami, mereka harus menaikkan harga dan nanti dia akan kesulitan menjualnya, takut tidak laku dan nanti menjadi permasalahan lagi. Makanya kita pelan-pelan, melakukan pembinaan,” jelasnya di sela-sela Kegiatan Pelepasan Mahasiswa KKN – Posdaya Unsoed di Gedung Sarwa Guna, Rabu (22/2).
Menurut Bupati, penggunaan pewarna tekstil hampir dilakukan di semua usaha kecil menengah di Kabupaten Purbalingga. Menindak tegas produsennya, jelas tidak bijaksana karena dapat semakin menambah jumlah pengangguran, kemiskinan dan dampak dari ini bisa menimbulkan gangguan sosial dan kriminalitas.
Sementara itu, Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi (Dinperindagkop) Purbalingga Drs Agus Winarno MSi menegaskan pihaknya bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Purbalingga pernah menurunkan tim untuk menguji kandungan pewarna yang digunakan para perajin krupuk di Desa Senon. Hasilnya, pewarna yang digunakan 100% pewarna tekstil Rhodamine B yang sangat berbahaya bagi kesehatan.
“Pembinaan kita lakukan kepada dua sasaran, yaitu produsen dan konsumen. Untuk konsumen, kita kerja sama dengan ibu-ibu PKK mensosialisasikan bahaya pewarna tekstil pada makanan. Nah, untuk produsen, kita rutin melakukan pembinaan kesana. Kita sampaikan, kalau mereka mau mengganti pewarna itu dengan yang lebih aman, kami akan bantu pemasarannya,” paparnya.
Menurut Agus, pihaknya bersama ibu-ibu Tim Penggerak PKK berusaha meningkatkan kehati-hatian dan sikap kritis para ibu di berbagai pelosok desa terhadap komposisi makanan yang akan dikonsumsi keluarganya. Diharapkan, jika setiap konsumen bersikap kritis tentang komposisi bahan makanan terutama untuk pewarnanya, secara otomatis produsen akan mengikuti permintaan pasar.
Dalam Bazzar KKN Posdaya Unsoed di tempat yang sama, Bupati juga menegur mahasiswa yang memamerkan kerupuk sebagai hasil produksi asal Desa Senon dan Pegandekan. Bupati meminta mahasiswa ikut mensosialisasikan bahayanya pewarna tekstil untuk campuran makanan.
“Lihat itu batik saja yang dipakainya di badan, pakai pewarna alami. Ini kerupuk yang dimakan, masa menggunakan pewarna tekstil. Kalau dimakan kita, itu bisa berbahaya bagi kesehatan, seperti menyebabkan penyakit ginjal, kanker hati, dan penyakit lainnya,” tegurnya.
Dalam sambutannya, Bupati mengatakan, mahasiswa KKN sebagai mitra pemerintah sebisa mungkin turut menyukseskan program pemerintah, seperti memberikan edukasi kepada masyarakat tentang bahaya penggunaan pewarna tekstil untuk campuran bahan makanan. Selama ini, mahasiswa KKN dinilai berhasil memberikan motivasi dan pengetahuan bagi masyarakat agar lebih berdaya dan mandiri. (humas/cie)