Mau soto yang unik dan lain dari yang lain? Ini dia, Soto So Bojong. Limpahan daging yang biasa menjadi kekuatan semangkuk soto khas banyumasan, kali ini diganti dengan daun melinjo. Unik kan?
Ketika menyebut soto khas Purbalingga, tentu tak bakal tertinggal soto yang satu ini. Bukan hanya rasanya yang mantap, tapi keunikan daun melinjo atau dalam bahasa jawanya disebut ‘so’ yang dimakan bersama dengan soto tak mudah untuk dilupakan.
Penyajiannya daun so dipisahkan dalam mangkuk sendiri. Jadi jika Anda tak suka, tak perlu harus melahapnya. Tapi bagi penggemar kuliner unik, daun so ini benar-benar membuat acara santap-menyantap menjadi semakin dahsyat. Daun so membuat rasa soto makin kuat, segar dan gurih.
Seorang pengunjung dari Jakarta, Edna Caroline mengaku selalu terngiang-ngiang lezatnya Soto So Bojong. Wartawan surat kabar ternama yang juga seorang backpacker ini memang senang menjajal beraneka jenis kuliner tradisional. Tapi, menrutnya, baru kali ini dia menemukan soto yang begitu unik, sekaligus enak.
“Kuahnya enak, pake daun jadi unik, lebih sehat hahaha,” ujarnya seraya tertawa lepas. Dia berjanji, jika suatu ketika datang lagi ke Purbalingga akan memuaskan lidahnya dengan menyantap nikmat dan uniknya Soto So Bojong.
Ide mencampurkan soto dengan daun so tak lain dari pemikiran Slamet, si empunya usaha Soto So Bojong. Warga RT 3/2 Kelurahan Bojong Kecamatan Purbalingga ini semula menjual soto biasa. Dia selalu ingin orang teringat pada soto racikannya. Diapun meyakini, sesuatu yang berbeda tentu tak mudah orang melupakannya.
Setelah melalui pemikiran yang panjang, secara tak sengaja dia memperhatikan sayur asem yang dibuat istrinya. Daun so membuat sayur asem semakin kaya rasa. Lalu terbetik ide, bagaimana jika soto dagangannya dicampur dengan so.
Ternyata ide ini cukup brilian. Banyak orang menjadi gandrung dengan soto racikannya yang unik itu. Slametpun memantapkan diri berdagang Soto So sejak tahun 1974 di depan Kantor Kelurahan Bojong. Tak butuh waktu lama, Soto So Bojong semakin dikenal luas.
Dengan berbagai pertimbangan, mulai tahun 1997, Slamet memberanikan diri membuka warung di rumahnya sendiri yang berada sekitar 200 meter di belakang kantor Kelurahan Bojong. Meski lokasinya berada di sebuah jalan desa, hal ini tak menyurutkan niat orang memburu Soto So olahannya. Bahkan, warung ini juga banyak dikunjungi tamu-tamu dari luar kota.
Bumbu dan komposisi Soto So sama seperti soto banyumasan umumnya. Semangkuk soto disajikan terpisah dengan semangkuk daun so, semangkuk sambal kacang dan sepiring mendoan atau tahu berontak. Hmm….nikmatnya pooll…
Mulai penasaran kan? Silahkan datang saja ke Warung Soto So Bojong milik Pak Slamet. Yang penting, datanglah antara jam 09.00 hingga jam 14.00 WIB dan hindari datang di hari Jumat. Sebab, Slamet memang libur di hari Jumat. (*)