PURBALINGGA – Para pelaku desa wisata dituntut untuk menciptakan kreativitas dan inovasi dalam pembuatan souvenir bagi wisatawan. Souvenir jangan dibuat sekedar replikasi atau duplikasi dari tempat wisata lain, tapi diusahakan memiliki ciri khas dari desa wisata tersebut.
Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga (Dinbudparpora) Purbalingga, Drs Subeno, SE, M.Si mengatakan, souvenir bisa menjadi ajang promosi yang kuat kepada masyarakat umum dan calon wisatawan. Produk souvenir disesuaikan dengan keunggulan desa wisata masing-masing. Misalnya, Desa Serang, Karangreja dengan ikon buah stroberi, Desa Panusupan dengan makam Ardi Lawet atau potensi alamnya.
“Membuat souvenir wisata ibarat mengasah kreativitas dan inovasi yang sesuai dengan kebutuhan wisatawan,” kata Subeno saat membuka pelatihan pembuatan souvenir bagi pelaku desa wisata se-Purbalingga yang dipusatkan di Desa Panusupan, Kecamatan Rembang, Rabu (30/9).
Dikatakan Subeno, souvenir tidak harus yang mahal, tetapi bisa membuat imej wisatawan tertarik. Seperti halnya di Thailand dengan simbol gajah, kemudian di Jambi dengan Duo Angsa. “Simbol itu bisa dituangkan dalam beberapa mosel seperti di kaos, dompet, gantungan kunci, atau pernik-pernik lain yang apik,” ujarnya.
Sementara itu Kabid Pariwisata Ir Prayitno, M.Si mengatakan, pelatihan pembuatan souvenir diikuti 40 orang pelaku desa wisata se-Purbalingga. Pelatihan ini sebagai rangkaian peningkatan kapasitas sumberdaya manusia (SDM) pelaku wisata. Pelatihan sebelumnya yang telah dilakukan seperti pelatihan pemandu wisata, pemberian motvasi, pelatihan internet, pelatihan outbond, dan pelatihan homestay. “Bagi para pelaku desa wisata yang tergerak untuk mengembangkan desanya, rata-rata mengikuti dengan cermat semua tahapan pelatihan. Pada akhirnya, pelatihan ini yang memanfaatkan pelaku desa wisata sendiri, Pemkab dalam hal ini Dinbudparpora lebih pada hal fasilitasi semata,” kata Prayitno. (y)