PURBALINGGA – Tahun baru Hijriyah yang diperingati umat Islam setiap tahunnya diharapakan tidak hanya jadi ajang instrospeksi diri,apa yang sudah dilakukan di tahun sebelumnya, namun. Namun momen tersebut juga menjadi makna spiritual setiap umat Islam berupa keimanan, ketaqwaan serta habluminalloh (hubungan antara manusia dengan Allah) semakin ditingkatkan.
“Oleh karenanya, melalui momen tahun baru ini kita harapkan makna spiritual keimanan kita, ketaqwaan habluminallah kita di tahun yang baru ini kita tingkatkan,”tutur Bupati Purbalingga Tasdi saat sambutan pada Pengajian Akbar Menyambut Tahun Baru Hijriyah 1438 yang dimeriahkan hiburan Nasida Ria dan Tausiah Ustad KH Achmad Suswanto di Alu-alun Purbalingga Sabtu malam (1/10) yang diikuti Wakil Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi, pimpinan Forkopimda, pimpinan OPD dan tokoh agama serta masyarakat.
Bupati menambahkan, bahwa momen tahun baru juga harus menjadi makna sosial agar habluminanas (hubungan antara manusia dengan manusia) seperti meningkatkan kebersamaan, menjaga ukhuwah, menjaga kekeluargaan sehingga dengan hal tersebut umat Islam diharapkan untuk saling menjaga persatuan, kebersamaan dan kekeluargaan masyarakat Purbalingga lebih meningkat. Selain itu, momen tahun baru juga diminta untuk membangun kultur (budaya), yakni yang selama ini setiap tahun baru Islam belum pernah melakukan perinagatan-peringatan. Namun tahun ini dan tahun-tahun yang akan datang, pihaknya akan mengemas setiap datangnya tanggal 1 Muharram akan melaksanakan kegiatan keagamaan berupa pengajian akbar dan kegiatan lainnnya.
“Makna budaya dalam tahun baru, adalah untuk membangun kultur kita, mungkin selama ini setiap tahun baru Islam belum pernah melaksanakan peringatan-peringatan, namun untuk tahun ini kita akan kemas setiap menjelang 1 Muharam kita akan melaksankan pengajian dan peringatan-peringaatn untuk tidak lupa bahwa kita malam ini memasuki tahun baru hijriyah,”tuturnya.
Menurut Bupati, untuk merubah dari perkara yang hitam menjadi yang putih memang agak berat bahkan diperlukan ketelatenan, makanya ketika malam tahun baru Masehi banyak sekali yang hadir di alun-alun, sedangkan tahun baru Islam malah sebaliknya.
“Keliahatanya untuk tahun baru hijriyah ini belum semuanya masyarakat Purbalingga hadir dan ini ini perlu ketelatenan untuk merubah budaya tersebut, karena untuk menggiring ke syurga perlu hati hati serta perlu pembelajaran juga perlu keimanan dan perlu ketaqwaan.Untuk itu, tentunya dengan tahun baru tersebut, semua harus mengubah budaya yang kurang baik dan diubah menjadi baik serta budaya atau hal-hal yang kurang baik agar diubah lebih baik lagi. Melaui tahun baru ini selain harus mejadi instrospeksi apa yang sudah dan akan dilakukan di tahun mendatang sekaligus apa yang diperbuat untuk raykat,”ujarnya.
KH Achmad Agus Suswanto dalam tausiahnya dengan iringan Grup Nasidaria dari Semarang berharap, agar Purbalingga tetap mempunyai empat manusia yang dapat meredam agar kiamat tidak semakin mendekat, yaitu ilmunya para ulama, pemerintahan yang adil, kedermawanannya orang kaya dan doa dari orang-orang fakir.
“Untuk itu, agar orang fakir miskin yang doanya mustajab makanya di dunia ini butuh di doakan oleh orang fakir, kalau orang sudah tidak mau ngaji, pemimpinnya tidak benar banyak orang kaya pelit dan orang misikin hanya menyumpahin maka dunia akan kiamat. Oleh karena itu mudah-mudahan Purbalingga punya empat orang ini yaitu. (Sukiman)