PURBALINGGA – Desa Onje, Kecamatan Mrebet kembali menyelenggarakan Grebeg Onje sebagai event tahunan untuk menyemarakkan nilai kultural, historis dan religi di desa setempat. Event ini dibuka dan turut diikuti Bupati Purbalingga, H. Tasdi SH MM di Pendopo Puspa Jaga Balai Desa Onje, Rabu (9/5).
Saat meresmikan pembukaan Grebeg Onje 2018, bupati mengucapkan apresiasinya terhadap penyelenggaraan acara ini. “Komitmen saya, meskipun ini sifatnya masih belajar, learning by doing, tapi setahap demi setahap bagaimana agar grebeg ini harus ditingkatkan dan ramai lagi untuk disemarakkan,” tutur bupati dalam sambutannya.
Bupati Tasdi juga minta agar selama ia masih menjabat sebagai bupati, event ini harus tetap diadakan. Bahkan tahun depan ia juga meminta agar Grebeg Onje ini bisa mendatangkan wisatawan asing untuk ikut menyaksikan dan menikmati tradisi ini.
“Sekarang mungkin belum bisa undang turis (wisatawan asing). Tahun depan saya minta turis dari Belanda atau Eropa didatangkan satu bus dari Jogja ke sini untuk tahu Grebeg Onje. Dulu dia yang menjajah kita biar tahu bagaimana perkembangan kita sekarang. Inilah langkah kita agar Grebeg Onje bisa go nasional dan internasional,” katanya.
Perlu Diterbitkan Buku Sejarah Onje
Grebeg ini dinilai sarat akan nilai-nilai positif yang perlu dilestarikan. Diantaranya nilai spiritual, sosial, nilai kultural. Dalam aspek spiritual, menurut bupati, gebeg ini sebagai dimensi untuk bersyukur dan bersyukur kepada Sang Pencipta, yang telah menciptakan manusia dan bumi dan seisinya. “Sebagai wujud hablum minallah, kepada yang gawe urip,” imbuhnya.
Dalam hal historis, yakni sebagai momentum berterimakasih kepada para leluhur termasuk Adipati Onje sejarah yang telah menciptakan peradaban yang menjadi cikal bakal Kabupaten Purbalingga. Oleh karena itu, bupati juga meminta agar tahun depan event ini juga bisa menghasilkan sebuah karya buku sejarah Kadipaten Onje sebagai asal-usul Kabupaten Purbalingga.
“Tahun depan saya minta sudah bisa terbitkan sebuah buku. Harus ada seminar pencerahan bagaimana asal usul Onje dan bagaimana perwujudannya dalam melahirkan Kabupaten Purbalingga dari tokoh Ki Arsantaka dan Ki Wangsantaka. Nanti dikupas dan dibukukan agar anak SD, SMP dan SMA sudah bisa baca buku itu,” paparnya.
Lebih lanjut, Grebeg Onje ini juga sarat akan nilai sosial yakni bisa merekatkan persaudaraan masyarakat, hubungan antar manusia, atau hablum minannas. Sedangkan dari nilai kultural, kata bupati bisa menyengkuyung budaya rakyat.
“Budaya tidak hanya menyanggkut ebeg tek-tek tapi budaya yang mendasar adalah attitude, perilaku manusia, yang berkarakter, yang berideologi, yang berkomitmen intgritas dan jati diri inilah sebagai galih-galih yang bisa didapat,” imbuhnya.
Bupati Tasdi juga menjanjikan beberapa hal untuk Desa Onje untuk waktu yang akan datang. Diantaranya pengaspalan jalan, pengadaan gamelan, perluasan bangunan Pendopo Puspajaga, serta fasilitasi kegiatan haul Ngabdullah Syarif bin Sulthon Muhammad Yahya. Selain meresmikan pembukaan, kegiatan hari pertama Grebeg Onje ini, bupati juga ikut memainkan seni Tandak Lesung, menari bersama penari Dewi Perwira, serta membagi-bagikan uang kepada anak-anak Desa Onje. Dilanjutkan dengan penyebaran ribuan benih ikan ke Sungai Pingen, bersuci di Belik Domas lalu ziarah ke makam R. Anyakrapati atau Adipati Onje bersama tokoh agama Kyai Sudi Maksudi dan masyarakat.(Gn/Humas)