PURBALINGGA, HUMAS – Tarian lenggasor massal akan memeriahkan peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-84 tingkat Provinsi Jawa Tengah. Peringatan yang akan dihadiri Gubernur Jateng Bibit Waluyo dipusatkan di alun-alun Purbalingga, Minggu (28/10) besok pagi. Tarian Lenggasor biasanya dimainkan oleh enam orang, namun kali ini lebih istimewa, akan ditampilkan 75 orang.
Seksi publikasi panitia Sumpah Pemuda ke-84, Ir Prayitno, M.Si mengatakan, tarian Lenggasor akan ditampilkan usai upacara peringatan Sumpah Pemuda. Setelah penampilan peragaan pencak silat Merpati Putih yang diikuti 250 orang, kemudian sesi penampilan Lenggasor sekitar sepuluh menit. “Atraksi lainnya yang ditampilkan juga ada rampak kentongan dengan jumlah pemain 150 orang,” kata Prayitno, Jum’at (26/10).
Tarian Lenggasor, jelas Prayitno, merupakan tarian baru bergaya Banyumasan karya pekerja seni tari dari Purbalingga. Tarian ini diciptakan oleh Susi Hanan Fadillah yang juga pemilik Sanggar tari Wisanggeni Purbalingga.
Lenggasor merupakan pengembangan dari gerakan-gerakan tari pertunjukan rakyat yang telah berkembang sejak lama di Purbalingga. Konon dahulu, pertunjukan tari Lenggasor dimainkan pada saat masyarakat pedesaan yang umumnya petani selesai melaksanakan panen raya. Sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, diadakan ritual pembacaan doa oleh para petani dan masyarakat, yang kemudian dilanjutkan dengan pertunjukan Lengger. “Untuk mengawali do’anya, biasanya disajikan tari persembahan yang diiringi dengan gending Sekar Gadung. Terinspirasi tari Lengger inilah, tari Lenggasor tercipta,” kata Prayitno yang juga Kasubag Analis dan Kemitraan Media Bagian Humas Setda Purbalingga.
Disebutkan Prayitno, Lenggasor sebenarnya berasal dari kata “Lenggah” yang artinya duduk dan “Sor” atau Ngisor yang berarti bawah. Jadi Lenggasor dimaknai sebagai duduk dibawah untuk memanjatkan do’a mohon keselamatan dan terima kasih atas karunia dan semua rizki yang telah diberikan. Sebagai wujud kegembiraan, tari Lenggasor dipenuhi dengan gerakan-gerakan jenaka dan riang.
“Tarian ini terdiri dari dua segmen. Pertama yang menggambarkan ungkapan syukur karena panen padinya berhasil dan diakhiri dengan tari gagahan tanda masa panen raya telah berakhir dan para petani siap kembali menggarap sawahnya,” katanya.
Prayitno menambahkan, sejak diciptakan, tari Lenggasor telah dimainkan dalam berbagai even baik ditingkat lokal Purbalingga hingga di tingkat nasional. Ditingkat Purbalingga Lenggasor pertama ditampilkan pada peringatan Hari Jadi Kabupaten Purbalingga. Sedangkan prestasi yang pernah diraih Purbalingga melalui tari Lenggasor diantaranya, 5 besar Pekan Produk Kreatif tingkat Nasional di Jakarta, Juara I lomba tari di PRPP Semarang dan 5 besar Festival Bambu Nusantara 2010 di Bandung, Parade Nusantara di Jakarta 2011, dan berbagai even lainnya baik lokal, regional maupun nasional. Belum lama ini tarian Lenggasor juga dimainkan saat menyambut kunjungan Pangkoops I Marsekal Muda Bagoes Puruhito di Pangkalan Udara Wirasaba. (Humas/y)