PARA juri lomba Polines (Politeknik Negeri Semarang) Line Follower 2014 di Semarang terkejut ketika memanggil kontingen tim robotic MI Muhammadiyah Penaruban, Purbalingga untuk maju tampil.
Juri tidak mengira bahwa MI itu setingkat SD. Anaknya masih kecil-kecil dan culun. Saat itu mereka harus bertanding langsung dengan anak-anak SMA.
”Saat itu, anak-anak kita tanding dengan siswa SMA Taruna Nusantara, SMK YPT Sidoarjo dan MAN Kudus. Alhamdulillah, anak-anak tak gentar dengan situasi itu,” kata Kepala MIM Penaruban, Siti Nurlaely.
Dia menuturkan, lomba robotic tingkat nasional yang diadakan, Minggu (16/3) itu diikuti 117 peserta. Tidak dibedakan antara peserta dari SD/MI, SMP/MTs atau SMA/SMK/MA.
”Undiannya berhadapan dengan siapa, ya tetap harus tanding. Alhamdulillah, kami masuk peringkat 16 besar secara umum. Dan untuk kategori peserta SD/MI kami juara 3,” ujarnya.
Dalam lomba itu semua peserta menampilkan kemampuan robotnya agar melintasi garis yang dibuat panitia sampai finish. Siapa yang bisa sampai finish paling cepat, dialah pemenangnya.
MIM Penaruban mengirimkan 4 siswanya untuk maju lomba. Yakni Nisrina, Septi dan Firdan, semuanya siswa kelas 4, serta Hanan, siswa kelas 3. Mereka ikut ekstrakurikuler robotic di madrasah.
”Anak-anak ini mempunyai ketertarikan dengan robot sejak awal ekstrakurikuler setahun lalu. Sehingga mereka mudah untuk mengikuti petunjuk yang saya berikan,” kata guru pembimbing, Idha Munawar.
Di awal kegiatan, anak-anak diajari membuat robot penyiram tanaman. Kemudian membuat robot becak yang unik karena bentuknya mirip becak. Dan terakhir membuat robot line follower.
”Saat lomba di Polines, robot harus bisa melewati garis lurus, putus-putus, tanjakan, turunan, belokan tajam. Robot kami hanya ada 4 sensor sehingga cukup berat melintasi track itu,” jelasnya.
Karena itu pembuatan robot akan disempurnakan dengan penambahan sensor. Sehingga pengalaman saat tampil di Polines menjadi pelajaran yang berharga menghadapi lomba robotic lainnya.
Para siswa mengaku senang bisa ikut lomba di Semarang. ”Pada awalnya sempat grogi. Untungnya ada juri yang mengajak salam tos sehingga kami tidak grogi lagi,” kata Hanan.
Kepala MIM Siti Nurlaely siap mengikutsertakan kembali para siswanya dalam lomba robotic di kesempatan lain. Bahkan dia bercita-cita tim robotic MIM Penaruban bisa maju tingkat nasional.
”Bahkan saya bermimpi anak-anak mampu go international melalui robotic ini. Jadi anak MI itu tak hanya pintar di iman takwa melainkan juga di iptek,” katanya.(Arief Noegroho-)