PURBALINGGA – Para pelaku dan pengelola desa wisata sangat antusias untuk belajar internet sebagai sarana promosi wisata. Mereka mengaku sangat membutuhkan ketrampilan dan penguasaan internet sebagai sarana untuk memperkenalkan desanya.
“Saya merasa sangat membutuhkan ketrampilan dan penguasaan internet sebagai sarana promosi. Oleh karenanya, begitu ada pelatihan yang digelar oleh dinas (Dinbudparpora-red),” saya dan teman-teman langsung ikut,” kata Uun Novianti, salah seorang pengurus Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Ardi Mandala Giri Desa Panusupan, Kecamatan Rembang.
Hal senada juga disampaikan oleh Sugito, pengurus Pokdarwis Pesona Linggamas Desa Kedungbenda, Kemangkon. “Selama ini saya hanya bisa menggunakan komputer untuk mengetik biasa. Namun dengan pelatihan ini, ternyata kami menjadi terbuka untuk mempromosikan desa wisata kami ke dunia yang lebih luas,” ujar Sugito yang juga perangkat desa setempat.
Sementara Partomo, ketua Pokdarwis Lawa Mandiri Desa wisata Siwarak, juga menyampaikan hal yang sama. Hanya saja, Partomo yang sudah paham internet, ingin memperdalam pemahaman dan penggunaan internet lebih luas. “ Kami merasa harus terus belajar dan memperbaiki kemampuan kami dalam menggunakan internet untuk promosi. Dengan penguasaan internet, selain untuk promosi, saya juga harus menularkan ilmu ke anggota lain yang belum bisa internet,” kata Partomo.
Pelatihan internet untuk promosi wisata digelar Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga (Dinbudparpora) bekrjasama dengan SMKN 1 Bojongsari Purbalingga, Rabu (27/4). Pelatihan diselenggarakan di SMKN 1 Bojongsari karena memiliki laboratorium komputer yang lengkap.
“Dinbudparpora terus meningkatkan pelaku wisata dengan berbagai ketrampilan, termasuk komputer. Kami pilih SMKN 1 Bojongsari karena memiliki prasarana komputer yang lengkap. Setiap peserta satu komputer, sehingga semuanya diwajibkan bisa menggunakannya,” kata Kepala Dinbudparpora, Drs Subeno, SE, M.Si disela-sela kegiatan pelatihan.
Subeno menambahkan, selain pelatihan internet, Dinbudparpora telah menggelar pelatihan pemandu wisata, dan manajemen pengelolaan desa wisata. Pada tahap selanjutnya akan digelar pelatihan pengelolaan homestay, kuliner ala desa, pelatihan pembuatan souvenir, pelatihan motivasi membangun desa wisata, dan kegiatan studi banding ke desa wisata lain yang dinilai sudah lebih maju. “Pelatihan dan peningkatan sumberdaya manusia pengelola desa wisata kami anggap sangat penting, karena dengan SDM yang mumpuni dan handal serta tahan banting, maka desa wisata itu niscaya akan maju,” tambah Subeno.
Sementara itu Kepala Bidang Pariwisata, Ir Prayitno, M.Si mengatakan, pelatihan diikuti 60 orang dari 13 desa wisata dan Pokdarwis. Peserta pelatihan sebagian besar dari kalangan anak-anak muda yang menjadi penggerak kemajuan desa wisata. Materi pelatihan terdiri pembuatan blog atau website untuk promosi, media sosial sebagai sarana promosi wisata, dan teknik promosi melalui internet.
Menurut Prayitno, perkembangan IT (Informasi dan Teknologi) komunikasi sudah tak terbendung. Berdasar riset, hampir 91 persen wisatawan menggunakan alat komunikasi handphone untuk mengetahui suatu daya tarik wisata. Oleh karenanya, pengelola desa wisata harus terkonek dengan internet. “Ibaratnya, jika dahulu orang mengatakan, ‘Aku berpikir maka aku ada’,sekarang sudah menjadi ‘aku terkonek, maka aku ada’. Jadi jika ingin eksis, pelaku wisata mau tidak mau harus paham dan terkonek dengan internet,” kata Prayitno.
Dalam pelatihan pemanfaatan internet untuk promosi, lanjut Prayitno, pelaku desa wisata diwajibkan memiliki media sosial. Kenapa harus memiliki media sosial?, karena media tersebut merupakan panggung dan arena untuk memperkenalkan ide dan terobosan yang akan dilakukan, serta promosi destinasi wisata.
“Meski menjadi panggung untuk promosi, namun kami juga menekankan kebebasan berbicara dan berekspresi di media sosial akan terkesan berkualitas jika tidak hanya diisi dengan kalimat yang indah dan retorika bagus. Pengguna media sosial juga harus menciptakan ide yang cemerlang untuk mendukung terobosan pengembangan desa wisata,” katanya. (y)