PURBALINGGA, HUMAS – Perayaan ibadah Kebangkitan Tuhan Yesus Kristus atau yang dikenal dengan Paskah di sejumlah gereja di Purbalingga berjalan khidmat dan damai. Aparat keamanan dari kepolisian setempat diterjunkan untuk menjaga sejumlah gereja di pusat kota dan di beberapa kecamatan. Penjagaan dilakukan secara terus menerus sejak kebaktian Kamis Putih, Jum’at Agung hingga puncaknya, Paskah pada Minggu (31/3).
Di Gereja Katolik, perayaan kebaktian Paskah diselenggarakan pada Sabtu (30/3) malam. Ratusan jemaat melakukan misa yang dipimpin Pator Paroki Gereja Katolik Santo Agustinus Romo Agustinus Handoko, M.Sc. Meski diwarnai hujan deras, namun para jemaat tetap berdatangan untuk mengikuti misa itu.
Di Gereja Kristen Jawa (GKJ) Penaruban, Kecamatan Kaligondang, kebaktian Paskah berlangsung Minggu (31/3) pagi pukul 08.00 WIB dan dipimpin pendeta Tri Agus Fajar Winantiyo. Meski gereja berada di tengah pemukiman penduduk, namun toleransi umat beragama disekitarnya berjalan baik. Aparat kepolisian dari Polsek Kaligondang yang berjaga tampak tidak terlalu ketat.
Di GKJ Purbalingga, kebaktian Paskah berlangsung dua sesi. Kebaktian pertama pada Minggu (31/3) pagi pukul 05.00 WIB dengan menggunakan bahasa pengantar Bahasa Indonesia dipimpin Pendeta Slamet Waluyo, S.Si. Sedang sesi kedua, kebaktian dengan menggunakan bahasa pengantar Bahasa Jawa dilayani oleh pendeta Rudiarto Budi Prasetyo, S.Th. Sama seperti hal di gereja lain, penjagaan dari aparat kepolisian juga terlihat longgar.
Pada kebaktian di GKJ Purbalingga, juga dilakukan pengumpulan persembahan dalam rangka Aksi Puasa Paskah (APP). APP merupakan bagian dari rangkaian masa pra-paskah dalam rangka mempersiapkan iman untuk menyambut Paskah. Ksi ini mengajak agar umat Kristiani semakin beriman, makin bersaudara, dan makin berbelarasa. Selama berpuasa, umat Kristiani menyisihkan uang yang tidak digunakan untuk membeli makanan, dan selanjutnya digunakan untuk membantu orang miskin dan kekurangan.
”Sebagai umat beriman, Umat Kristiani diajak dan dipanggil untuk hidup dalam persaudaraan sejati dan secara khusus memperhatikan mereka yang miskin dan berkekurangan dalam lingkungan hidup dan kerja kita masing-masing,” ujar pendeta GKJ Purbalingga, Rudiarto Budi Praetyo.
Dalam kotbahnya, Rudiarto membawakan tema ”Yesus Bangkit” yang diambilkan dari alkitab Perjanjian Baru dari surat Lukas 24 : 1 – 12. Rudiarto menegaskan bahwa, kebangkitan Yesus memberikan jaminan kehidupan berkemenangan bagi orang percaya. ”Kematian bukan sebuah akhir, namun awal kehidupan baru yang penuh dengan damai sejahtera,” katanya.
Rudiarto juga mengajak kepada umat Kristiani untuk terus bersikap jujur, bersikap adil dan merata terhadap orang lain. Umat Kristen tidak boleh pandang bulu dalam perlakuan terhadap sesama dan tidak diskriminatisi. Sebab itu, marilah kita bersikap adil dan menjauhkan sikap diskriminasi dalam perilaku kita.
”Kita harus bangkit bersama Kristus; mengubah sikap, dan perilaku yang cenderung jahat, berdosa, tidak adil, dan diskriminatif. Dengan semangat kebangkitan Kristus, kita harus bertobat serta mengubah sikap dan perilaku kita supaya berkenan kepada Tuhan dan sesama,” ujarnya. (Humas/y)