PURBALINGGA, HUMAS – Bupati Purbalingga Drs H Heru Sudjatmoko MSi mengaku mengalami dilema ketika harus mengalihfungsi lahan sawah menjadi lokasi industri. Di satu sisi, jika sawah dialihfungsi menjadi sebuah pabrik, ketahanan pangan dan keseimbangan lingkungan akan terancam. Tapi di sisi lain, angka pengangguran dan rendahnya minat pemuda menjadi petani, membuat alih fungsi sawah menjadi pabrik sebagai sebuah solusi.

            “Ini memang dilematis. Anak-anak muda kita sudah tidak tertarik lagi menjadi petani. Angka pengangguran juga tinggi. Jika satu hektar sawah biasanya hanya menyerap beberapa pekerja, itupun jarang yang masih muda. Sementara satu hektar pabrik padat karya bisa menyerap ribuan pekerja usia produktif,” ungkap Bupati Heru Sudjatmoko pada Rapat Koordinasi Dewan Ketahanan Pangan Kabupaten Purbalingga di Ruang Ardi Lawet Kantor Bupati, Selasa (26/3).  

            Persoalan ini, menurut Bupati Heru, harus diselesaikan dari akar permasalahannya. Salah satunya dengan mengendalikan laju jumlah penduduk, mentradisikan diversifikasi pangan dan membiasakan anggota masyarakat memanfaatkan lahan pekarangannya sebagai warung hidup.

            “Masalah penduduk ini sangat pengaruh. Semakin tinggi jumlah penduduk, menimbulkan banyak sekali masalah, termasuk diantaranya masalah ketahanan pangan dan pengangguran. Memang efeknya jangka panjang, termasuk juga upaya dalam pengendaliannya, baru akan dinikmati di masa yang akan datang,” katanya.

            Sementara itu, Kepala Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan (BPPKP) Ir Zainal Abidin MM mengatakan secara umum Purbalingga mengalami surplus pangan. Salah satunya beras yang surplus hingga 63.118 ton, ubi kayu surplus hingga 151.877 ton dan gula kelapa surplus hingga 43.756 ton. Namun, ada beberapa produk masih minus. Salah satunya gandum (terigu), minyak kelapa dan gula pasir. (Humas/cie)