PURBALINGGA, DINKOMINFO – Potensi kerajinan sapu glagah arjuna yang telah berkembang lama dan menjadi salah satu potensi ekonomi di Desa Sirau Kecamatan Karangmoncol menarik perhatian Wakil Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi, SE, BEcon. Saat kunjungan kerja di desa itu Kamis kemarin (9/3), Wabup Tiwi memberikan dorongan agar potensi kerajinan sapu yang ada dapat lebih dikembangkan menjadi potensi unggulan desa.
“Kerajinan sapu disini potensinya sangat besar. Bahan bakunya melimpah, perajinnya juga sebagian besar masyarakat menekuni. Namun kenapa kerajinan sapu glagah di desa Sirau mesih belum setenar produk lainnya misalnya sapu Kajongan,” ujar Wabup Dyah Hayuning Pratiwi saat berada di salah satu perajin sapu desa Sirau, Soim.
Menurut Wabup, potensi kerajinan sapu yang sudah digeluti masyarakat secara turun-temurun dapat lebih dikembangkan dengan memberikan sentuhan kualitas dan jenis produk yang lebih bervariasi. Termasuk meningkatkan sumber daya manusia (SDM) dan menejemen pemasaran yang lebih profesional.
“BUMDes yang ada juga harus diberdayakan. Nanti Dinperindag saya minta lebih inten melakukan pembinaan disini,” katanya.
Kepala Desa Sirau Hendri Sutrisno, S.Sos mengaku hampir 70 persen masyarakat di desanya menjadi perajin sapu glagah. Dari jumlah kepala keluarga (KK) mencapai 1.600 KK hampir 1000 KK diantaranya menopang kehidupan keluarganya dari hasil kerajinan sapu glagah yang ditekuni.
“Hampir semua perempuan di lima dusun yang ada menjadi perajin. Dan setiap hari rata-rata 20 ribu sapu dapat terjual,” jelasnya.
Meski kerajinan sapu glagah telah mendarah daging bagi warga setempat, namun menurut Hendri produk yang dihasilkan lebih banyak produk kelas ekonomi dengan design sederhana yang nilai jualnya tergolong rendah. “Kemarin sudah ada pendataan potensi UMKM. Saya berharap kedepannya, kerajinan sapu glagah desa kami berkembang lebih baik lagi dengan kualitasnya lebih bagus,” katanya.
Soim, seorang perajin sapu di dukuh Karanggintung, Sirau sudah menekuni pembuatan sapu sejak lima tahun lalu. Dari tangan Dia, setiap hari dapat dihasilkan sapu glagah rata-rata 300 – 400 sapu. Hasil produksinya itu Ia pasarkan kepada pemesan di wilayah Tegal, Cirebon dan Bandung. “Kita dapat order dari toko-toko disana. Kalau ke Bandung biasanya sekali kirim sampai 5.000 buah sapu,” jelasnya.
Dia mengaku soal bahan baku tidak menjadi maslah karena dapat diperoleh dari hasil perkebunan di wilayah desa itu yang luasnya mancapai ratusan hektar. Bahkan tanaman glagah arjuna yang diusahakan warga setempat dapat menyuplai kebutuhan bahan baku sapu glagah di sentra kerajinan sapu di desa Kajongan dan lainnya. (Hr)